Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

11 Teknik Menulis Artikel ala The New Yorker

21 September 2024   11:17 Diperbarui: 22 September 2024   13:48 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alasannya karena di situ ada personifikasi (Perancis dianggap sebagai sesosok manusia yang menanggalkan pakaian) dan ada juga majas paradoks di judul kedua (karena semua orang sepertinya suka melancong, jadi kenapa ada yang membencinya? Kenapa?). Yang tak kalah penting ialah pemilihan subjudul yang lebih menyeret perhatian ke dalam artikel tersebut. 

Misal di artikel "The Case Against Travel", subjudulnya begini: "It turns us into the worst version of ourselves while convincing us that we're at our best." (Melancong memunculkan versi terburuk dari diri kita sementara di saat yang sama meyakinkan kita bahwa kita sedang dalam versi terbaik diri ini).

Subjudul ini sangat bertentangan dengan opini banyak orang soal melancong/ traveling. Apalagi di Indonesia, sebuah budaya yang orangnya masih sangat kurang memanfaatkan liburan mereka dengan bepergian ke tempat lain terutama di luar negeri.

Sementara itu, judul "When France Takes Its Clothes Off" - judul ini bernada provokatif dan membuat pembaca penasaran. Subjudulnya juga informatif, memberikan konteks lebih mendalam soal isi artikel.

Tulisan di New Yorker selalu berkualitas dan menarik. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)
Tulisan di New Yorker selalu berkualitas dan menarik. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Argumentasi Kuat Sejak Dibuka

Terlalu lama berputar-putar adalah kelemahan penulis pemula. Di kedua tulisan The New Yorker ini, penulis-penulisnya menyusun bagian pembuka yang bisa dikatakan kokoh dalam menyampaikan premis atau gagasan utama yang secara otomatis menentukan nada opini/ argumentasi dalam tulisan.

Sudah jelas dari kalimat pertama tulisan bahwa di sini pembaca tidak akan menemukan penulis yang mengagung-agungkan aktivitas bepergian dan berdarmawisata. Ini yang bisa bikin kita makin ingin tahu: "Kok bisa dia benci traveling? Bukannya traveling menyenangkan?"

Di artikel Perancis, penulis membuka dengan sebuah foto hitam putih dan uraian panjang soal suasana kontras antara aturan berpakaian museum yang ketat pada hari-hari biasa dan aturan yang lebih bebas di sebuah acara pameran naturis yang membolehkan pengunjung menanggalkan pakaian seluruhnya untuk mendapatkan sensasi pengalaman yang lebih utuh sebagai bagian kaum naturis di negara Napoleon Bonaparte tersebut.

Maka dari itu, sebagai penulis, kita jangan sampai membuat bosan dan bingung pembaca dengan memberikan pembuka yang bertele-tele. Jangan suguhi pembaca dengan fakta-fakta basi yang sudah diketahui sejak zaman nenek moyang.

Berputar-putar seperti itu sudah jadi pola menulis yang lazim ditemui di pola tulisan orang Indonesia yang dalam berkomunikasi memang sering berbelit-belit sebelum sampai ke poin utama yang paling penting.

Penggunaan Data Historis dan Sumber untuk Mengokohkan Argumen 

Meskipun ini adalah tulisan bernada opini tetapi bukan artinya bisa ngawur dalam menulis. Opini atau argumen di sini harus didukung dengan data dan sumber terdahulu yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Misalnya di artikel traveling tersebut, penulis mengutip dan menyarikan pendapat sejumlah pemikir hebat dunia yang tak banyak orang tahu soal sisi buruk traveling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun