Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penulis Indonesia Amat Butuh Patronasi Sastra

18 September 2024   06:59 Diperbarui: 18 September 2024   10:18 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patronasi sastra masih asing di Indonesia padahal penting. (Sumber gambar: Freepik)

Contoh patronasi kedua yang kita bisa temui dalam sejarah dunia ialah Keluarga Medici di Italia abad ke-15 dan abad ke-16. Keluarga kaya raya ini, terutama Lorenzo de' Medici, dikenal sebagai patron para penulis dan penyair di kota Florence seperti Angelo Poliziano dan Luigi Pulci. Berkat patronasi Keluarga Medici, Italia saat itu berhasil mencapai masa kebangkitan dalam dunia sastranya (Renaissance).

Teladan lainnya ialah Ratu Elizabeth I (1558-1603) yang mengayomi para seniman dan sastrawan saat ia memerintah Inggris Raya saat itu. Ia memberikan dukungan bagi para penulis seperti Edmund Spenser yang dikenal dengan puisinya yang legendaris "The Faerie Queene".

Patronasi Ratu Elizabeth I ini sedikit banyak mendorong tercapainya masa keemasan Kesusastraan Inggris kala itu. Patut kita tahu, karya-karya Shakespeare dihasilkan semasa ratu ini berkuasa.

Inggris di abad ke-18 juga menjadi saksi atas perubahan sistem patronasi dari sistem yang lama menjadi modern. Pergeseran ini dipicu oleh insiden munculnya surat penolakan patronasi dari kritikus sastra dan penyusun kamus terkenal Samuel Johnson terhadap patronasi setengah hati yang diberikan pejabat Lord Chesterfield. 

Tak cuma di Barat, Rusia juga punya contoh patronasi yang baik. Di abad ke-19 saat sastrawan terkenal Leo Tolstoy masih hidup dan aktif berkarya, ia juga memposisikan dirinya sebagai patron bagi para penulis lain. 

Tolstoy diketahui memberikan dukungan pada penyair dengan latar belakang petani gurem, Fyodor Shcherbina. Tolstoy juga membantu penerbitan karya-karya para penulis yang kala itu dianggap otoritas dan masyarakat sebagai para pengkhianat relijius. Karena persekusi yang luas, para penulis yang dicap sebagai pembelot itu susah menerbitkan karya.

Amerika Serikat di abad ke-20 juga memiliki patron sastranya sendiri, Gertrude Stein. Penulis Amerika ini di awal abad ke-20 berperan sebagai pengayom sekaligus mentor bagi para penulis dan seniman bergaya modernis.

Bar milik Stein menjadi tempat berkumpulnya para penulis terkenal saat itu dari penulis novel sekaligus jurnalis perang Ernest Hemingway hingga penulis novel The Great Gatsby, F. Scott Fitzgerald.

Tak cuma Stein, Amerika Serikat di abad ke-20 juga memiliki sistem patron lain yakni MacDowell Colony yang didirikan tahun 1907. Koloni (area tempat tinggal bersama) khusus para penulis ini berada di negara bagian New Hampshire. Koloni ini dikenal sebagai 'sarang' penulis berbakat misalnya Thornton Wilder, James Baldwin, dan Alice Walker.

Mendorong Patronasi di Indonesia

Dari sini, kita tahu bahwa adanya patronasi bisa mendorong perkembangan dan kemajuan dunia sastra dan kepenulisan di sebuah peradaban atau masyarakat sebuah negara. 

Untuk membangun sebuah sistem patronasi, Indonesia membutuhkan adanya pemenuhan sejumlah aspek penting yakni dukungan finansial bagi penulis/ seniman, adanya kesempatan residensi atau ruang berkarya, bantuan dalam proses penerbitan karya, pemberian kesempatan berjejaring dengan sesama penulis dan kalangan penerbit, peluang mendapatkan bimbingan dari penulis yang lebih senior, serta adanya pengakuan seperti pemberian penghargaan bagi penulis yang karyanya berkualitas di atas rata-rata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun