Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jika Tulisan Terbaik (Anda) Tak Dianggap Menarik (Editor Kompasiana)

20 Juli 2024   21:16 Diperbarui: 20 Juli 2024   21:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa di sini yang merasa sudah menulis susah payah dengan segala kemampuan otak dan kreativitas dengan sumber-sumber serta rujukan pilihan berulang kali tetapi artikel-artikel terbaiknya itu belum pernah sekalipun bertengger di daftar artikel pilihan atau artikel utama (headline)?

Jangan khawatir karena setiap Kompasianer saya yakin pasti pernah mengalami fase ini. Saya pun tak luput dari itu. 

Ada beberapa hal yang Anda bisa lakukan bila tulisan terbaik Anda tak juga masuk deretan artikel pilihan dan utama. Berikut di antaranya yang terlintas dalam benak saya.

Minta Umpan Balik

Cobalah untuk menanyakan tanggapan kepada teman, keluarga, atau rekan kerja setelah mereka membaca tulisan Anda. Masukan mereka sangat berharga untuk bisa memoles kemampuan menulis Anda di Kompasiana. 

Dengan umpan balik dari orang lain, Anda biasanya akan mendapatkan pandangan yang baru atau sudut pandang berbeda sehingga tulisan Anda bisa disempurnakan lagi dalam banyak aspeknya. 

Tak punya teman atau keluarga yang bersedia memberi tanggapan/masukan? Jangan khawatir. Gunakan AI Bot untuk meminta tanggapan atas tulisan Anda. 

Salin rekatkan draft tulisan Anda ke ChatGPT atau Claude AI atau AI bot pilihan Anda dan berikan instruksi: "Berikan koreksi dan saran perbaikan untuk artikel di bawah ini". 

Kadang saran AI bisa lebih jujur dan terbuka daripada saran orang yang mungkin kurang objektif sebab khawatir sarannya bisa memengaruhi hubungan mereka dengan Anda.

Jeda Menulis

Menulis setiap hari hanya berlaku untuk robot, bukan manusia seperti kita. Sempat saya berhenti sejenak beberapa hari atau minggu dari rutinitas menulis di Kompasiana untuk melepaskan kejenuhan dan agar saya tidak merasa dikejar target setoran layaknya pengemudi angkutan umum.

Mungkin saja tidak hanya saya yang butuh penyegaran. Editor Kompasiana juga butuh penyegaran dalam arti mereka tak harus setiap hari saya gempur dengan tulisan saya. Biarkan editor sesekali merindukan tulisan Anda. 

Karena itu, saya sarankan jangan terlalu rajin menulis, apalagi menulis setiap hari. Sesekali malas juga perlu. Asal kembali lagi menulis, tak masalah. 

Saya tahu nasihat ini kontraintuitif alias bertolak belakang dengan cara pikir banyak orang di luar sana yang mengglorifikasi gagasan bahwa menulis itu harus setiap hari, setiap saat. Saya bisa gila kalau menuruti itu.

Yang jadi masalah begitu malas, susah kembali atau komitmen untuk kembali pada waktu yang ditentukan malah molor hingga waktu yang tak ditentukan.

Singkirkan Ego

Banyak penulis memiliki ego yang rapuh. Sekali dikritik keras, maunya melenyapkan diri dari permukaan bumi. Padahal ego ini bisa jadi batu sandungan dalam menyempurnakan draft tulisan.

Kalau ada editor, lebih bagus lagi kalau Anda bisa menyingkirkan ego. Perbaikan akan berjalan lebih mulus.

Kalau tak punya editor, saran saya gunakan diri Anda sebagai editor. Caranya adalah dengan 'mengendapkan' draft tulisan setidaknya sehari dua hari sebelum memutuskan menayangkannya. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan perspektif segar saat membaca draft yang sama lagi di lain waktu setelah melakukan seabrek pekerjaan non-menulis lainnya. 

Jujur menulis kemudian buru-buru menayangkannya adalah kebiasaan buruk saya juga. Terlalu percaya diri dengan hasil yang ada. Kadang memang betul, ada validasi eksternal (dipilih editor jadi artikel pilihan atau utama). Tapi tak jarang juga tidak ada validasi eksternal sehingga kepercayaan diri itu saya sadari cuma ego yang terlalu perkasa untuk ditaklukkan.

Pelajari Tulisan Kompasianer Top Lain

Cobalah rajin membaca artikel-artikel utama. Pelajari dan analisis struktur tulisannya, tatanan kata dan kalimatnya, pemilihan kata-katanya, gaya menulisnya, dan detail-detail penting lainnya.

Jujur kadang saya juga merasa kurang cocok dengan pendapat editor Kompasiana yang memilih sejumlah tulisan dengan topik yang menurut saya sudah terlalu sering dibahas, isi artikelnya mudah ditebak sehingga kurang seru, ada kesalahan ketik di judul dan isi yang fatal dan relatif banyak, tak menerapkan kaidah SEO copywriting, foto yang beresolusi terlalu kecil, caption foto tidak ada, atau angle artikelnya sudah dipilih banyak Kompasianer sebelumnya, terlalu mengejar topik yang viral padahal isinya tidak menawarkan nilai tambah tapi saya juga harus akui ada banyak artikel bagus yang masuk ke jajaran artikel utama.

Coba Gaya dan Topik Menulis Baru

Gunakan Kompasiana sebagai laboratorium menulis Anda terutama jika Anda penulis baru yang merasa belum mapan dengan satu gaya menulis atau topik tulisan yang Anda jarang pilih. 

Sesekali cobalah menulis dengan memakai gaya yang sama sekali lain dari gaya yang Anda pakai atau pilih topik yang belum pernah Anda tulis. Buatlah pembaca dan editor pangling (kata bahasa Jawa untuk menerangkan kesulitan dalam mengenali seseorang atau sebuah hal karena ada perubahan drastis dalam tampilan yang jadi ciri khasnya) dengan tulisan Anda.

Saya sendiri sejauh ini baru menjamah rubrik-rubrik worklife, politik, kebijakan, hobi, healthy, humaniora, pendidikan, trip, sosbud, AI, ilmu alam dan tekno, nature, sosok, financial, film, hukum, vox-pop, foodie, inovasi, seni, olahraga, video, home,dan  gadget.

Sempat terpikir untuk mencoba Fiksiana tapi saya merasa kurang percaya diri dengan keterampilan menulis fiksi saya. Sejauh ini saya lebih banyak menulis nonfiksi. Ruang Kelas juga belum pernah saya coba sebab kehidupan saya jauh dari dunia pendidikan formal (meski saya mengajar yoga juga). 

Cerita Pemilih juga saya belum pernah sentuh dengan alasan saya bosan dengan dunia politik dalam negeri yang marak politik dinasti dan KKN yang merebak di segala level. Kalau ada yang bilang kita bisa menulis dengan berbekal keresahan, mungkin saya akan siang malam tanpa henti menuliskan keresahan politik domestik sampai lupa makan dan mandi. Tentu saya tak mau itu terjadi. 

Bagaimana dengan Anda? Belum coba menulis untuk rubrik yang mana? (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun