Karena itu, saya sarankan jangan terlalu rajin menulis, apalagi menulis setiap hari. Sesekali malas juga perlu. Asal kembali lagi menulis, tak masalah.Â
Saya tahu nasihat ini kontraintuitif alias bertolak belakang dengan cara pikir banyak orang di luar sana yang mengglorifikasi gagasan bahwa menulis itu harus setiap hari, setiap saat. Saya bisa gila kalau menuruti itu.
Yang jadi masalah begitu malas, susah kembali atau komitmen untuk kembali pada waktu yang ditentukan malah molor hingga waktu yang tak ditentukan.
Singkirkan Ego
Banyak penulis memiliki ego yang rapuh. Sekali dikritik keras, maunya melenyapkan diri dari permukaan bumi. Padahal ego ini bisa jadi batu sandungan dalam menyempurnakan draft tulisan.
Kalau ada editor, lebih bagus lagi kalau Anda bisa menyingkirkan ego. Perbaikan akan berjalan lebih mulus.
Kalau tak punya editor, saran saya gunakan diri Anda sebagai editor. Caranya adalah dengan 'mengendapkan' draft tulisan setidaknya sehari dua hari sebelum memutuskan menayangkannya. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan perspektif segar saat membaca draft yang sama lagi di lain waktu setelah melakukan seabrek pekerjaan non-menulis lainnya.Â
Jujur menulis kemudian buru-buru menayangkannya adalah kebiasaan buruk saya juga. Terlalu percaya diri dengan hasil yang ada. Kadang memang betul, ada validasi eksternal (dipilih editor jadi artikel pilihan atau utama). Tapi tak jarang juga tidak ada validasi eksternal sehingga kepercayaan diri itu saya sadari cuma ego yang terlalu perkasa untuk ditaklukkan.
Pelajari Tulisan Kompasianer Top Lain
Cobalah rajin membaca artikel-artikel utama. Pelajari dan analisis struktur tulisannya, tatanan kata dan kalimatnya, pemilihan kata-katanya, gaya menulisnya, dan detail-detail penting lainnya.
Jujur kadang saya juga merasa kurang cocok dengan pendapat editor Kompasiana yang memilih sejumlah tulisan dengan topik yang menurut saya sudah terlalu sering dibahas, isi artikelnya mudah ditebak sehingga kurang seru, ada kesalahan ketik di judul dan isi yang fatal dan relatif banyak, tak menerapkan kaidah SEO copywriting, foto yang beresolusi terlalu kecil, caption foto tidak ada, atau angle artikelnya sudah dipilih banyak Kompasianer sebelumnya, terlalu mengejar topik yang viral padahal isinya tidak menawarkan nilai tambah tapi saya juga harus akui ada banyak artikel bagus yang masuk ke jajaran artikel utama.
Coba Gaya dan Topik Menulis Baru
Gunakan Kompasiana sebagai laboratorium menulis Anda terutama jika Anda penulis baru yang merasa belum mapan dengan satu gaya menulis atau topik tulisan yang Anda jarang pilih.Â
Sesekali cobalah menulis dengan memakai gaya yang sama sekali lain dari gaya yang Anda pakai atau pilih topik yang belum pernah Anda tulis. Buatlah pembaca dan editor pangling (kata bahasa Jawa untuk menerangkan kesulitan dalam mengenali seseorang atau sebuah hal karena ada perubahan drastis dalam tampilan yang jadi ciri khasnya) dengan tulisan Anda.