Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Agar Anak Mau Makan Sayur dan Buah di Program Makan Siang Gratis

3 Juni 2024   09:08 Diperbarui: 3 Juni 2024   18:48 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengajarkan anak makan buah dan sayur (Pexels/Alex Green)

Strategi ini didapatkan dari temuan sebuah penelitian ilmiah oleh Sarah Amin, seorang doktor (Ph.D) dari Universitas Vermont. Amin yang memimpin penelitian ini menyayangkan banyak siswa yang membuang buah seperti apel begitu saja setelah mengambil makanan.

Ia menemukan bahwa setelah diberlakukannya Healthy, Hunger-Free Kids Act 2010 dan mandatnya pada tahun 2012, para siswa sekolah di AS memang menaruh lebih banyak buah dan sayur di nampan, tetapi mengonsumsi lebih sedikit dan membuang lebih banyak.

Studi sebelumnya menunjukkan anak-anak lebih menyukai buah dan sayur olahan seperti saus tomat di pizza atau jus buah daripada jenis utuh. 

Dari studi di atas, ilmuwan berpendapat konsumsi akan meningkat setelah penyesuaian penuh terhadap pedoman, terutama bagi siswa yang mulai bersekolah saat pedoman diberlakukan pada 2012.

Namun pesan pentingnya adalah pedoman harus dilengkapi strategi kreatif lain untuk mendorong konsumsi buah dan sayur anak-anak, dan tidak menyerah begitu saja jika anak-anak membuangnya.

Butuh Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat dan Influencers

Selain menyediakan opsi sayur dan buah olahan tersebut, strategi lain yang disarankan meliputi memotong sayuran dan buah dan menyajikan dengan saus yang menggugah selera.

Di sini, kita paham bahwa dibutuhkan kreativitas agar sajian buah dan sayur dapat menarik mata dan menerbitkan air liur saat aromanya masuk ke dalam hidung, dan mendorong mereka memakannya. Namun, sekali lagi cara pengolahan tadi tidak merusak nutrisi alami buah dan sayur secara besar-besaran.

Strategi lainnya ialah dengan mengiris buah-buahan segar agar lebih mudah dikunyah dan tidak terlihat mengintimidasi anak. Makin mudah untuk dikonsumsi, makin bagus. Karena anak-anak bukan orang dewasa yang mau bersusah payah mengupas buah utuh. Atau bisa jadi karena jari tangan mereka belum cukup kuat dan terampil mengupasnya dan kalaupun bisa malah membuang waktu dan mengurangi kenikmatan menyantap makan siangnya.

Strategi berikutnya ialah  mengadopsi program Farm-to-School, yakni metode penyajian makanan segar yang dipetik dari kebun sendiri dan diolah secara mandiri sehingga kita tahu kualitas dan sehat tidaknya makanan yang masuk ke mulut. Sekolah juga bisa menyediakan lahan kebun sekolah.

Strategi terakhir ialah perlunya program kesehatan masyarakat yang mendorong konsumsi buah dan sayur di rumah. Semua ini lagi-lagi memang membutuhkan kesadaran dan keterlibatan aktif orang tua. Jadi jika anak-anak kita tak mau makan sayur dan buah, cek dulu kebiasaan makan orang tua mereka. Apakah orang tua sudah memberi contoh? Karena jangan-jangan kebiasaan membenci buah dan sayur itu diteladani dari orang tua mereka.

Dan satu lagi yang terpenting ialah bagaimana pihak influencers media sosial juga bisa diajak untuk memasyarakatkan pola makan sehat yang mendorong konsumsi buah dan sayur. Kenapa? Karena anak-anak sekarang sangat mudah dipengaruhi konten media sosial. Jika kampanye makan sehat buah dan sayur bisa dijadikan tren di media sosial, bisa dipastikan anak-anak juga bakal menuruti tren tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun