Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sains Buktikan Sederet Dampak Negatif Student Loan untuk Anak Muda

1 Juni 2024   15:18 Diperbarui: 1 Juni 2024   20:25 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

WACANA diberlakukannya student loan akhir-akhir ini membuat banyak pihak cemas, terutama kalangan orang tua dan anak muda yang akan masuk ke dunia kampus.

Sejumlah studi soal student loan sudah dilakukan dan memang membuktikan adanya sejumlah dampak buruk student loan terhadap generasi muda.

Apa saja dampak buruk itu? Mari kita simak hasil sejumlah studi di bawah ini.

Student Loan Membuat Anak Muda Berisiko Makin Miskin 

Utang pinjaman pendidikan bagi para mahasiswa tampaknya tidak hanya berdampak negatif jangka pendek, tetapi juga mengancam kesejahteraan keuangan dalam jangka panjang bagi banyak orang dewasa muda.

Menurut hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Children and Youth Services Review diketahui bahwa utang pinjaman mahasiswa setelah lulus atau putus kuliah berkaitan erat dengan rendahnya kekayaan bersih, aset finansial dan nonfinansial yang lebih sedikit, serta nilai rumah yang lebih rendah saat seseorang mencapai usia 30 tahun. Penelitian ini dilakukan oleh Min Zhan dari Universitas Illinois, William Elliott III dari Universitas Kansas, dan Xiaoling Xiang.

Peneliti menemukan bahwa memiliki utang pinjaman mahasiswa saat lulus atau putus kuliah menghambat kemampuan seseorang untuk mengakumulasi kekayaan setelahnya. Dampaknya bahkan lebih buruk bagi orang dewasa muda yang tidak memiliki privilege di masyarakat (misalnya dalam konteks AS, anak muda kulit hitam), dengan penurunan kekayaan bersih hingga 40% dibandingkan rekan kulit putih yang punya privilege di masyarakat. 

Jika diterjemahkan dalam konteks Indonesia, makna "privilege" ini bisa jadi mengacu pada mereka yang punya hubungan keluarga dan koneksi dengan grup elit dalam masyarakat, misalnya anak pejabat, anak pemilik bisnis swasta yang sudah kaya dari lahir, dan sebagainya.

Temuan ini membuat masyarakat AS menyadari betapa pentingnya mencari sumber pendanaan alternatif selain pinjaman pendidikan dan kredit lainnya untuk membiayai kuliah. 

Peneliti menganalisis dampak pinjaman pendidikan terhadap empat penanda akumulasi kekayaan: kekayaan bersih total, nilai aset finansial, nilai aset nonfinansial, dan nilai pasar rumah utama.

Studi ini bukan studi ecek-ecek karena sampelnya terdiri dari lebih dari 1.200 orang, termasuk 626 peserta dengan utang pinjaman mahasiswa dan 581 tanpa utang saat putus kuliah. Semua peserta lahir antara 1980 dan 1984, dan telah menyelesaikan setidaknya satu tahun kuliah.

Rata-rata kekayaan bersih orang dengan utang pinjaman mahasiswa $13.680 lebih rendah, dengan aset finansial $39.630 lebih sedikit dan aset nonfinansial $12.670 lebih sedikit. Utang pinjaman mahasiswa juga dikaitkan dengan nilai rumah yang $103.000 lebih rendah secara rata-rata.

Student Loan Dapat Perburuk Kesehatan Mental Anak Muda Kelas Menengah

Dilansir dari sciencedaily.com, penelitian tahun 2015 dari Universitas South Carolina dan Universitas California, Los Angeles mengungkapkan bahwa utang pinjaman mahasiswa memiliki dampak negatif pada kesehatan mental mereka. Studi ini menjadi yang pertama secara nasional untuk meneliti secara khusus efek pinjaman mahasiswa terhadap kesehatan.

Penelitian tersebut mengajukan dua pertanyaan utama. Pertama, bagaimana hubungan antara jumlah utang yang ditanggung mahasiswa selama kuliah dengan kesejahteraan mental mereka setelah lulus, saat berusia 25-31 tahun. Kedua, bagaimana keterkaitan antara besaran pinjaman tahunan dengan kesehatan mental mahasiswa yang masih aktif kuliah.

Dengan menggunakan data dari Survei Longitudinal Nasional Remaja 1997, yang merupakan sampel representatif nasional orang dewasa muda di Amerika Serikat, peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki utang pinjaman lebih tinggi melaporkan gejala depresi yang lebih parah. Temuan ini masih berlaku meski telah memperhitungkan faktor kekayaan orangtua, status sosial ekonomi masa kanak-kanak, dan faktor lainnya.

Menurut peneliti utama, Katrina Walsemann, salah satu alasan mengapa pinjaman mahasiswa begitu menekan adalah karena sifatnya yang tidak dapat ditangguhkan dan akan terus mengikuti orang tersebut seumur hidupnya sampai dilunasi. Berbeda dengan pinjaman lain yang bisa dihapuskan melalui kebangkrutan, utang pinjaman mahasiswa akan terus ada seumur hidup sampai terbayar lunas.

Studi mengenai dampak utang pinjaman mahasiswa menjadi sangat penting mengingat biaya kuliah yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pada 2012, total utang pinjaman mahasiswa di AS bahkan mencapai lebih dari $1 triliun, menjadikannya jenis utang terbesar kedua setelah utang rumah.

Walsemann menduga bahwa kelas menengah Amerika adalah yang paling menderita akibat utang pasca kelulusan. Mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapat bantuan pemerintah, namun orangtua juga tidak mampu menanggung seluruh biaya kuliah.

Sudah cukup jelas bahwa beban pinjaman mahasiswa dapat mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mental generasi muda secara signifikan.

Student Loan Dorong Anak Muda Tunda Pernikahan dan Memilih Kumpul Kebo

Ternyata ada kaitan erat antara jeratan utang pinjaman pendidikan dengan kemungkinan seseorang menikah di usia tertentu dan pilihan hidup bersama tanpa adanya ikatan tali pernikahan resmi di AS. 

Disarikan dari laman  sciencedaily.com, penelitian yang dirilis Springer tahun 2018 ini menunjukkan bahwa pasangan modern cenderung memilih untuk tinggal bersama alias kumpul kebo dan melunasi utang terlebih dahulu sebelum menikah. 

Berdasarkan statistik terbaru di AS, satu dari dua mahasiswa sarjana penuh waktu pertama memiliki pinjaman federal, dan utang mahasiswa berjumlah 1,4 triliun dolar AS -- hanya kalah dari utang kredit rumah. Untuk menyelidiki dampak utang tersebut terhadap hubungan masa depan dan kemungkinan menikah bagi orang muda, Addo dan rekannya menganalisis data publik dari dua generasi orang dewasa muda yang menjadi bagian dari Studi Longitudinal Nasional Remaja (NLSY) 1979 dan 1997, yang semuanya telah mendapatkan pendidikan pascasekolah menengah.

Proporsi orang dewasa muda yang menikah pertama kali sebelum usia 34 tahun menurun drastis antara 1979 dan 1997. Hampir 70 persen dari kelompok NLSY79 menikah pada pertengahan 30-an, langsung menikah atau tinggal bersama terlebih dahulu. Sebaliknya, lebih dari setengah kelompok NLSY97 masih belum menikah di usia yang sama. 

Kecenderungan hidup bersama sebelum menikah memang meningkat bahkan di antara kelompok yang lebih tua, tetapi lebih dari sepertiga responden NLSY79 menikah tanpa tinggal bersama terlebih dahulu. Proporsi ini menurun menjadi setengahnya (14,8 persen) di antara orang dewasa muda NLSY97.

Keputusan untuk tinggal serumah meski belum menikah juga ditempuh dengan tujuan menghemat biaya hidup. Sayangnya, hal tersebut juga menunda pernikahan dan dapat mengakibatkan lebih banyak kelahiran di luar nikah atau jumlah pernikahan yang lebih sedikit secara keseluruhan di level nasional, apalagi jika pasangan atau salah satu pihak menganggap hidup bersama sebagai alternatif yang dapat diterima dari pernikahan atau mereka tidak cocok dan hubungan terputus.

Di Indonesia sendiri, kumpul kebo tentu saja dilarang baik secara agama maupun sosial. Masyarakat memberikan sanksi berat pada pelaku kumpul kebo. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dengan lemahnya ekonomi sekarang, anak muda juga sudah banyak yang menunda pernikahan dan berhubungan seksual di luar nikah hingga menghasilkan bayi di luar pernikahan. Jika ditambah dengan beban student loan, rasanya beban mereka akan makin banyak dan otomatis menambah kompleks permasalahan yang sudah ada di masyarakat.

Nah, bagaimana? Setelah tahu dampak negatifnya begini, apakah kita masih mau menerima wacana student loan atau pasrah saja? (*/)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun