Dilansir dari sciencedaily.com, penelitian tahun 2015 dari Universitas South Carolina dan Universitas California, Los Angeles mengungkapkan bahwa utang pinjaman mahasiswa memiliki dampak negatif pada kesehatan mental mereka. Studi ini menjadi yang pertama secara nasional untuk meneliti secara khusus efek pinjaman mahasiswa terhadap kesehatan.
Penelitian tersebut mengajukan dua pertanyaan utama. Pertama, bagaimana hubungan antara jumlah utang yang ditanggung mahasiswa selama kuliah dengan kesejahteraan mental mereka setelah lulus, saat berusia 25-31 tahun. Kedua, bagaimana keterkaitan antara besaran pinjaman tahunan dengan kesehatan mental mahasiswa yang masih aktif kuliah.
Dengan menggunakan data dari Survei Longitudinal Nasional Remaja 1997, yang merupakan sampel representatif nasional orang dewasa muda di Amerika Serikat, peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki utang pinjaman lebih tinggi melaporkan gejala depresi yang lebih parah. Temuan ini masih berlaku meski telah memperhitungkan faktor kekayaan orangtua, status sosial ekonomi masa kanak-kanak, dan faktor lainnya.
Menurut peneliti utama, Katrina Walsemann, salah satu alasan mengapa pinjaman mahasiswa begitu menekan adalah karena sifatnya yang tidak dapat ditangguhkan dan akan terus mengikuti orang tersebut seumur hidupnya sampai dilunasi. Berbeda dengan pinjaman lain yang bisa dihapuskan melalui kebangkrutan, utang pinjaman mahasiswa akan terus ada seumur hidup sampai terbayar lunas.
Studi mengenai dampak utang pinjaman mahasiswa menjadi sangat penting mengingat biaya kuliah yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pada 2012, total utang pinjaman mahasiswa di AS bahkan mencapai lebih dari $1 triliun, menjadikannya jenis utang terbesar kedua setelah utang rumah.
Walsemann menduga bahwa kelas menengah Amerika adalah yang paling menderita akibat utang pasca kelulusan. Mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapat bantuan pemerintah, namun orangtua juga tidak mampu menanggung seluruh biaya kuliah.
Sudah cukup jelas bahwa beban pinjaman mahasiswa dapat mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mental generasi muda secara signifikan.
Student Loan Dorong Anak Muda Tunda Pernikahan dan Memilih Kumpul Kebo
Ternyata ada kaitan erat antara jeratan utang pinjaman pendidikan dengan kemungkinan seseorang menikah di usia tertentu dan pilihan hidup bersama tanpa adanya ikatan tali pernikahan resmi di AS.Â
Disarikan dari laman  sciencedaily.com, penelitian yang dirilis Springer tahun 2018 ini menunjukkan bahwa pasangan modern cenderung memilih untuk tinggal bersama alias kumpul kebo dan melunasi utang terlebih dahulu sebelum menikah.Â
Berdasarkan statistik terbaru di AS, satu dari dua mahasiswa sarjana penuh waktu pertama memiliki pinjaman federal, dan utang mahasiswa berjumlah 1,4 triliun dolar AS -- hanya kalah dari utang kredit rumah. Untuk menyelidiki dampak utang tersebut terhadap hubungan masa depan dan kemungkinan menikah bagi orang muda, Addo dan rekannya menganalisis data publik dari dua generasi orang dewasa muda yang menjadi bagian dari Studi Longitudinal Nasional Remaja (NLSY) 1979 dan 1997, yang semuanya telah mendapatkan pendidikan pascasekolah menengah.
Proporsi orang dewasa muda yang menikah pertama kali sebelum usia 34 tahun menurun drastis antara 1979 dan 1997. Hampir 70 persen dari kelompok NLSY79 menikah pada pertengahan 30-an, langsung menikah atau tinggal bersama terlebih dahulu. Sebaliknya, lebih dari setengah kelompok NLSY97 masih belum menikah di usia yang sama.Â