Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Diwawancara Al Jazeera, Prabowo Subianto Pamer Hobi Baca Bukunya

14 Mei 2024   20:43 Diperbarui: 16 Mei 2024   07:43 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo ungkap buku-buku yang ia sukai dari masa muda hingga sekarang. (Foto: Tribunnews)

Kemudian Prabowo menceritakan bahwa keluarga besarnya juga turut berkorban dalam masa revolusi kemerdekaan. Kakak tertua sang ayah, Subianto, tewas dalam pertempuran. Dan namanya kemudian diberikan pada Prabowo sebagai pengingat bahwa dirinya juga diharapkan oleh orang tuanya untuk bisa melayani rakyat Indonesia dan berkorban semaksimal mungkin demi bangsa dan negara.

Prabowo kemudian membahas soal generasi yang menurutnya terbaik. "Generasi terbaik Indonesia ialah mereka yang berjuang demi kemerdekaan bangsa ini," ujarnya.

Ia merasa beruntung sebab ia bisa tumbuh bersama dengan generasi terbaik ini sebagai mentor dan pemimpinnya.

Prabowo dan goyang gemoy. (Foto: Pojokbaca.id)
Prabowo dan goyang gemoy. (Foto: Pojokbaca.id)

Gemoy sebagai Gimmick Sementara?

Di sini saya merasa bahwa Prabowo mungkin memang menang secara tak lazim. Ia tak ragu menggunakan gimmick yang terkesan konyol. Tak ada impresi cerdas saat di media sosial ia dikenal luas dengan goyang gemoy-nya itu. 

Saya pikir ia menggunakan gimmick dan citra gemoy tadi sebagai faktor pembeda saja agar bisa memudahkan rakyat untuk mendukungnya. Bayangkan jika saat itu ia juga menampilkan citra cerdas seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Mungkin sebagian besar rakyat akar rumput akan gagal untuk 'relate' dengan isi debat presiden.

Prabowo juga menyinggung soal oversensitivitas harga diri orang Indonesia saat ada orang asing yang berbicara miring. Menurutnya, orang Indonesia perlu memahami bahwa dikomentari negatif atau direndahkan adalah bagian kehidupan ini. (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun