Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang Joko Pinurbo: Pernah Bakar Puisi karena Ditolak Penerbit

27 April 2024   11:00 Diperbarui: 2 September 2024   11:35 1829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JOKO PINURBO,  salah satu penyair terbaik dan terkenal di Indonesia, telah meninggal dunia pada usia 62 tahun di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta pada Sabtu, 27 April 2024 pukul 06.03 WIB. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh Editor Senior Sastra GPU, Mirna Yulistianti.

Dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada 11 Mei 1962, Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin telah mencintai puisi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. 

Kecintaannya pada puisi membuatnya melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sepanjang kariernya, Joko Pinurbo telah menghasilkan banyak karya puisi yang sangat diapresiasi, seperti Celana (1999), Celana Pacar Kecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), Telepon Genggam (2003), Haduh, aku di-follow (2013), Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi (2015), Srimenanti (2019), dan Tak Ada Asu di Antara Kita: Kumpulan Cerpen (2023).

Selain puisi, Joko Pinurbo juga telah menerbitkan sejumlah antologi, di antaranya Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), dan Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998).

Gaya Puisi 'Nakal'

 Jokpin dikenal dengan gaya puitis unik dan nyelenehnya. Dilahirkan di Sukabumi pada 11 Mei 1962, Jokpin memulai perjalanan ke dunia kepenyairan sejak duduk di bangku SMA dengan terinspirasi karya Goenawan Mohamad dan Sapardi Djoko Damono.

Anda bisa menikmati gaya puisinya yang menggelitik dan unik di salah satu karyanya ini yang menurut saya membuat kita bisa terpingkal-pingkal.

TANPA CELANA AKU DATANG MENJEMPUTMU

untuk Wibi

Empat puluh tahun yang lampau kutinggalkan kau
di kamar mandi, dan aku pun pergi merantau
di saat kau masih hijau.
Kau menangis: "Pergilah kau, kembalilah kau!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun