Saya sempat menemukan beberapa akun TikTok dan Instagram yang mengglorifikasi dan meromantisasi kehidupan biasa-biasa saja.
Satu contohnya ialah akun yang bernama @normalifeat30 yang isinya menceritakan kegiatan sehari-hari seorang pria Chindo usia 30-an bernama Ivan yang sudah menikah tanpa anak dengan profesi bekerja di toko.
Sekilas hidup Ivan tidak ada yang istimewa dan mewah. Ia bukan ingin pamer kekayaan atau hal-hal yang tak terjangkau di media sosial.
Di video reel Instagramnya ia menunjukkan kegiatan buang sampah, memasak makanan bekal ke toko tempatnya bekerja, mandi, olahraga ringan, mengemudi mobil ke tempat kerja, rekreasi di sela kesibukan, dan sebagainya.
Barang-barang dan latar belakang pengambilan semua video reel Instagramnya pun tidak dikurasi sedemikian rupa agar tampak estetik, minimalistik atau elegan sebagaimana yang dilakukan sejumlah influencers yang memamerkan gaya hidup mewah.
Ivan sendiri mengaku bahwa ia memang merasa jenuh dengan hidup yang biasa saja tapi ia sudah berdamai dengan rasa jenuh tersebut, demikian ia katakan saat menjawab komentar pengikutnya.
Di TikTok, ada juga akun matahawii yang mengisahkan aktivitas harian seorang pria lajang umur 30-an dengan profesi pekerja kantoran Jakarta yang dengan bangga menggunakan tagar #CherishTheOrdinary dan #RoutineGratitude dalam video Tiktoknya.
Mirip dengan Ivan, Matahari sang pemilik akun juga seakan ingin merayakan kehidupan monoton dan datar yang ia jalani 24 jam sehari 7 hari seminggu.
Ia tidak ingin menunjukkan hobi yang mungkin lebih menyenangkan atau eksplorasi lainnya yang lebih menarik bagi pengguna media sosial karena mungkin ia merasa memang begitulah dirinya apa adanya. Dan ia merasa itu bukan masalah besar dan tidak seharusnya mencegahnya menjadi sosok nanoinfluencer di media sosial karena media sosial bukan cuma untuk orang-orang yang menurut standar masyarakat memiliki bakat atau sesuatu yang luar biasa tetapi juga bisa digunakan oleh orang-orang dengan kehidupan yang datar dan biasa saja seperti kebanyakan orang.
Membuat Media Sosial Lebih Realistis?
Jika saya harus menerka motif mereka muncul di media sosial meski kehidupan mereka terkesan biasa dan datar, itu karena mereka (Gen Z dengan hidup biasa saja) ingin memberikan kesan 'relateable' atau relevan bagi orang-orang yang menemukan konten mereka.
Karena sebagaimana kita ketahui, media sosial sering membuat kita merasa ketinggalan atau merasa lebih buruk dari orang lain karena konten yang viral atau digemari banyak orang adalah konten-konten bertema pamer.Â