Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tren Gen Z "Skipping College": Ogah Kuliah Karena Tak Jamin Hidup Lebih Mudah

17 Januari 2024   08:22 Diperbarui: 17 Januari 2024   20:30 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makin banyak anak muda Gen Z mempertanyakan manfaat kuliah. (Foto: Pexels.com)

Selama 50 tahun terakhir, pendapatan lulusan perguruan tinggi relatif sama. Dan kalaupun naik, tak begitu signifikan sehingga bisa dikatakan menjadi lulusan S1 tidak menjamin level ekonomi kita naik.

Saya sendiri belum mendapatkan datanya di Indonesia tetapi di AS sendiri, pendapatan pekerja muda lulusan PT jenjang S1 pada tahun 2018 cuma 56ribu dollar per tahun. Jumlah itu hampir sama dengan pendapatan pekerja muda di tahun 2001. Sangat mengiris hati!

Alasan Kedua: Tidak Bisa 'Balik Modal' Cepat

Jika di Indonesia, konsep utang untuk biaya pendidikan mungkin belum banyak didengar. Tapi di AS sana, bantuan pendidikan dalam bentuk beasiswa yang diterima tidaklah cuma-cuma. Setelah lulus, para lulusan PT harus bekerja keras mengembalikan dana tadi sekuat tenaga, dan hal ini membuat mereka terjerat utang selama bertahun-tahun, merampas kebebasan finansial meski gajinya mungkin lumayan tinggi untuk ukuran pekerja muda.

Di Indonesia, konsep dana pinjaman pendidikan yang berbalut beasiswa ini juga sudah ada namun menurut pengamatan saya cuma ada di sekolah-sekolah swasta bergengsi dan cuma diberikan pada anak-anak cerdas dari keluarga prasejahtera.

Sangat picik memang untuk menganggap pendidikan sebagai sebuah bisnis yang bisa untung atau rugi tapi faktanya begitulah sekarang ini yang kita temui. 

Bukankah ada juga sebagian orang tua yang memaksa anak-anak mereka masuk ke jurusan tertentu dengan alasan lebih mudah dapat kerja dan bergaji tinggi nantinya?

Alasan Ketiga: Memang Tak Berminat dan Berbakat di Bidang Akademik

Harus diakui tak semua orang memiliki bakat dan minat tinggi di bidang akademik. Duduk berjam-jam menyimak penjelasan dosen, mengerjakan tugas, atau menulis makalah dan esai bukanlah sesuatu yang nyaman dikerjakan semua orang.

Ada yang lebih nyaman untuk berdiri, bergerak ke sana kemari dan menghasilkan sesuatu yang konkret (uang). Mereka ini biasanya anak-anak muda yang merasa kuliah bukanlah jalan mereka menuju kesuksesan.

Apakah itu salah? Tak sepenuhnya salah juga, karena tak semua keberhasilan itu bisa dicapai lewat bangku kuliah. Sebagai orang dengan pemikiran terbuka, kita harus sepakat dengan fakta bahwa ada juga orang yang bisa memaksimalkan potensi diri mereka di luar tembok perguruna tinggi dan hidup mereka baik-baik saja bahkan melejit melampaui mereka yang pernah mengecap bangku kuliah.

Tapi menurut saya itu cuma berlaku untuk sebagian orang yang 'istimewa'. Mereka adalah anomali-anomali yang tidak sebanyak itu dijumpai dalam kehidupan nyata. Jumlah mereka mungkin 0,00001% dari populasi dunia.

Alasan Keempat: Banyak Profesi Idaman Tak Bisa Diakomodasi Universitas

Jika ditanya profesi idaman, anak-anak muda sekarang mungkin akan menjawab: "Menjadi YouTuber atau kreator konten".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun