Konsumsi cabai ditemukan bermanfaat untuk berat badan dan tekanan darah dalam penelitian sebelumnya. Namun, dalam penelitian ini, peneliti menemukan efek buruk pada kognisi pada orang dewasa yang lebih tua, ungkapnya.
Epidemiolog UniSA Dr. Ming Li, salah satu dari lima peneliti yang terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa konsumsi cabai mencakup cabai segar dan kering, tetapi bukan paprika manis atau lada hitam.
Cabai adalah salah satu rempah paling umum yang digunakan di dunia dan sangat populer di Asia dibandingkan dengan negara-negara Eropa, ujar Dr. Li.
Di beberapa wilayah Tiongkok, seperti Sichuan dan Hunan, hampir satu dari tiga orang dewasa mengonsumsi makanan pedas setiap hari.
Kebiasaan makan pedas dengan tambahan cabai juga ditemukan luas di tengah masyarakat Indonesia sekarang. Bahkan muncul tren-tren makan pedas yang levelnya bervariasi bahkan hingga bisa membuat telinga terasa berdenging. Tren ini bisa kita lihat dari tayangan YouTuber-YouTuber mukbang (makan dalam porsi luar biasa besar) atau penyuka wisata kuliner yang tak lazim.
Pedas-Kurus-Miskin
Capsaicin adalah komponen aktif dalam cabai yang dilaporkan dapat mempercepat metabolisme, kehilangan lemak, dan menghambat gangguan vaskular, tetapi ini studi ini juga membuktikan sisi gelap konsumsi cabai yang berlebihan dan pengaruh buruknya pada fungsi kognitif manusia.
Dikatakan juga bahwa mereka yang banyak mengonsumsi cabai memiliki pendapatan dan indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah dan lebih aktif secara fisik dibandingkan dengan non-konsumen.Â
Para peneliti mengatakan bahwa orang dengan berat badan normal mungkin lebih peka terhadap konsumsi cabai daripada orang yang overweight. Oleh karena itu dampak lebih besar pada ingatan dan berat badan. Tingkat pendidikan juga dapat memainkan peran dalam penurunan kognitif, dan kaitan ini memerlukan penelitian lebih lanjut.
Karena itulah, jika Anda sekarang sudah kecanduan makan pedas setiap hari, sudah saatnya mencari cara untuk mengurangi konsumsi cabai Anda mulai sekarang atau akan menyesal di kemudian hari. Memang mau pikun dini? (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H