Dari catatan WHO, wabah cacar monyet sudah terjadi di Sudan tahun 2005, Republik Kongo dan Republik Demokrasi Kongo tahun 2009 dan Republik Afrika Tengah tahun 2016. Di antara 4 September hingga 9 Desember 2017 sudah ada 1 kematian, 172 kasus suspect dan 61 kasus penularan cacar monyet ini.
BIBIT WABAH ZOONOTIK
"Zoonotik" di sini maksudnya adalah jenis penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Dalam 6 bulan terakhir, lebih dari 9000 kasus cacar monyet sudah dilaporkan di seluruh dunia di berbagai negara yang bukan wilayah endemik penyakit ini.
Awalnya virus ini dideteksi di Inggris, Portugis, dan Spanyol, terutama pada para pria yang berhubungan seksual dengan pria lainnya.
Yang patut diwaspadai ialah fakta bahwa penyakit ini sudah menyebar ke sejumlah negara dengan cepat. Tak terkecuali ke pasien yang imunitas badannya rendah dan anak-anak yang rentan.
GEJALA-GEJALA CACAR MONYET
Cacar monyet ialah penyakit yang langka sebetulnya. Ia disebabkan virus cacar monyet yang menjadi bagian dari keluarga virus cacar air.
Gejala-gejala cacar monyet ini mirip dengan gejala cacar (variola) juga tapi lebih ringan, demikian menurut laman CDC.gov. Tapi virus cacar monyet ini tak berkaitan dengan virus cacar air ternyata.
Gejala-gejala cacar monyet adalah demam, sakit kepala, nyeri otot dan punggung, kelenjar limfa yang membengkak, rasa dingin, kelelahan berlebihan, kemerahan di kulit yang mirip jerawat atau lecet yang bisa muncul di muka, rongga mulut dan bagian tubuh lainnya dari tangan, kaki, dada, alat vital, bahkan anus.
Kulit kemerahan ini bisa berlangsung selama beberapa tahap sebelum akhirnya hilang. Sakitnya bisa berlangsung selama 2-4 minggu. Kadang ada pasien yang mengalami kemerahan dulu baru diikuti gejala-gejala lainnya. Pasien lain bisa saja cuma mengalami kemerahan tanpa gejala lain.
MENULAR LEWAT BERAGAM CAIRAN TUBUH
Virus cacar monyet ini ternyata bisa menular ke kita lewat air liur (termasuk droplet), air mani/ sperma, air seni, dan sebagainya. Temuan ini dipublikasikan dalam Eurosurvillance dan dipimpin oleh Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal).
Karenanya, untuk mencegah penularan, kita harus mencegah sentuhan langsung dengan pasien yang terinfeksi atau sentuhan dengan permukaan yang terkontaminasi oleh luka pasien tadi. Itu karena luka tersebut bisa membawa darah yang mengandung virus.
Jadi apakah perlu kita memakai masker lagi sebagaimana yang sudah dilakukan saat mencegah Covid-19?