Tekanan makin berlipat karena Hiyama seorang laki-laki yang hamil di luar ikatan pernikahan. Ia dicap gay, dianggap feminin, tak macho, karena bisa mengandung, sesuatu yang tak ia harapkan juga untuk terjadi pada dirinya.
Sementara itu, Aki juga bukan tipe wanita yang keibuan dan berpikiran konservatif. Ia mengutamakan karier meski ia terus mengatakan keinginannya untuk menemani Hiyama membesarkan bayi mereka.Â
Di sini posisi Aki malah mirip seorang pria yang setia setelah menghamili pacar perempuannya. Ia dibentak Hiyama tatkala menyarankannya untuk mempertahankan bayi itu saat Hiyama masih ingin menggugurkannya, tapi juga saat Hiyama labil kondisi mentalnya akibat fluktuasi hormon dan tekanan hidup akibat kehadiran ayahnya yang penipu dan escapist.
Aki tak tega meninggalkannya sendirian. Ia berusaha untuk bertanggung jawab tapi Hiyama mengatakan konsep mereka membesarkan anak berbeda dan bakal memicu masalah ke depannya.
Rumit memang manusia itu ya.
Dan karena pria tak memiliki vagina, diceritakan proses persalinan dilakukan secara caesar. Perut Hiyama dibedah secara radikal di ruang operasi layaknya ibu yang tak bisa menjalani persalinan normal.
Pergulatan Aki juga lumayan besar dan dalam. Sebagai perempuan, ia malah dianggap kurang keibuan karena yang hamil justru malah si pasangan prianya. Bukan dirinya. Dan dia malah berada dalam posisi seorang pria normal di sini. Ia harus menunda kariernya demi bisa menyaksikan kelahiran anaknya juga.
Seri ini menunjukkan betapa masyarakat Jepang berupaya untuk membuka diri terhadap berbagai kemungkinan untuk bisa bertahan di tengah menurunnya tingkat kelahiran bayi dan pertumbuhan penduduk mereka.
Seakan lewat serial ini masyarakat Jepang yag sangat patriarkis juga didesak untuk melakukan refleksi. Patriarki yang terlalu mencekik membuat banyak generasi muda mereka tak mau memiliki anak.Â
Para perempuan Jepang merasa memiliki anak tak bakal menguntungkan mereka. Perusahaan-perusahaan dan budaya korporasinya selalu menguntungkan para pria. Dan karena itulah mereka terus menunda pernikahan dan kehamilan.
Di sini masyarakat seakan diberikan sebuah jalur alternatif. Tak selalu harus sekaku versi zaman dulu kok. Pria harus jantan, menjadi kepala rumah tangga, pencari nafkah utama dan perempuan menjadi keibuan, memelihara anak.Â