Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perawatan Diabetes yang Berbasis Fakta dan Efektif

4 Februari 2022   07:08 Diperbarui: 4 Februari 2022   07:16 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

SEORANG teman mengatakan dirinya ingin sembuh dari diabetes yang dideritanya dengan membeli sebuah jam tangan kesehatan. Konon arloji 'canggih' itu bisa mengeluarkan sinar laser yang berintensitas rendah dan bisa menurunkan kada gula darah tanpa harus minum obat lagi yangmembebani kerja ginjalnya. Dan ia juga tak perlu olahraga tiap hari.

Saya pikir ada yang perlu diluruskan dari pola pikir semacam ini, bahwa untuk menangani sebuah penyakit akibat gaya hidup yang kurang sehat cukup diperlukan sebuah alat yang menjadi jalan pintas alias 'shortcut'. 

Sebagaimana penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh akumulasi dari gaya hidup yang tak sehat dari hari ke hari, penyembuhan dan penanganannya juga tidak ada yang instan.  Sekali kita percaya ada alat atau jalan pintas untuk mengatasi penyakit ini, biasanya kita akan terperosok dalam jebakan-jebakan kapitalis yang menarik untung dari para penderita penyakit yang sudah putus asa atau tak mau susah-susah menempuh jalan 'konvensional' seperti makan sehat, perbaikan pola tidur, olahraga rutin, dan sebagainya.

Jika ada cara instan menangani ini pun bisa dipastikan akan ada efek sampingnya. Dan jika berkepanjangan, bakal ada masalah yang muncul. Jadi cara-cara instan bisa memberantas masalah secara cepat tapi dengan memunculkan masalah baru yang kita sendiri tak pernah pikirkan sebelumnya.

Lalu apa sih yang harus dilakukan jika kita atau orang di lingkaran kita sudah ada yang kena diabetes?

GAYA HIDUP AKTIF

Gaya hidup manusia modern yang penuh dengan kemudahan memang memanjakan kita sampai istilah 'mager' pun tercipta. Maunya duduk terus saat bekerja atau rebahan terus di tempat tidur. Tentu ini tak sehat karena badan manusia diciptakan Tuhan untuk bergerak, bukan diam seharian.

Untuk meningkatkan gaya hidup kita supaya tak lagi sedentari atau pasif begini, kita perlu perbanyak jalan kaki. Ini berlaku bagi semua orang yang masih bisa berjalan dengan nyaman. Kecuali lansia yang kesulitan berjalan normal perlu diberikan jenis olahraga yang berbeda. Jika 10.000 langkah sehari bisa dilampaui itu bagus, tapi jika tidak pun usahakan berjalanlah mondar-mandir di sekitar rumah jika memang tak bisa keluar hanya untuk sekadar menggerakkan badan sehingga badan tidak lemah dan menggemuk.

Salah satu faktor risiko diabetes ialah kegemukan. Saat tubuh makin menggemuk akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan seperti diabetes, penyakit jantung koroner, dan sebagainya.

SEHATKAN ASUPAN

Bagi yang sudah divonis diabetes, rasanya memang Anda harus menerima fakta bahwa tak mungkin lagi Anda bisa menikmati makanan atau minuman sebebas dulu. Anda harus disiplin mengaturnya dalam hal porsi maupun waktu makan dan jenis makanan. 

Rasanya memang tidak adil karena orang di sekitar kita makan normal, tapi coba introspeksi diri, bukankah ini semua terjadi karena akibat dari tindak tanduk kita juga yang kurang bijak di masa lalu?

Bertanggung jawablah dengan kesehatan kita dan berhenti menyalahkan orang lain atau dokter serta mulai bersikap dewasa dengan memperbaiki cara pandang kita terhadap makanan.

Makanan bukanlah pelampiasan stres atau frustrasi sehingga Anda bisa makan apapun saat mood buruk. Alih-alih demikian, pandanglah makanan sebagai sebuah obat atau metode terapi bagi tubuh. Saat Anda memandang makanan sebagai obat bagi badan, Anda akan memilih makanan yang lebih sehat daripada makanan yang tak membawa faedah bagi badan. Anda lebih memikirkan manfaat kesehatan sebuah jenis makanan daripada rasanya di ujung lidah ini. Cara pandang ini juga sangat penting untuk ditanamkan ke anak cucu Anda karena itu akan membuat mereka bisa hidup dengan lebih bijak dan sehat. 

Pilihlah makanan dengan indeks glikemik yang lebih rendah dari yang Anda biasa makan. Misalnya daripada makan nasi putih, coba nasi merah atau nasi hitam yang indeks glikemiknya lebih rendah dan bersahabat bagi badan. Setop membandingkan badan Anda dengan badan anak kecil atau anak muda yang normal dan masih bisa makan nasi putih banyak-banyak tanpa kena lonjakan gula darah.

Jenis asupan juga penting untuk dipertimbangkan. Daripada mengkonsumsi banyak roti buatan pabrik, cobalah kembali ke jenis makanan tradisional masa lalu seperti beras basmati (Indeks Glikemik: 43-60), beras merah (IG: 50), beras hitam. Makanan lain yang dianggap lebih baik dan sehat bagi penderita diabetes ialah rye, barley dan oat yang memang biasanya dicap makanan tak enak di lidah orang Indonesia.  Dan makanan seperti ini cuma buat orang yang diet atau sakit padahal orang sehat juga bisa mengonsumsi. Jangan menunggu sakit dulu!  

Mengubah jenis makanan penting karena dari penelitian, diabetes dipengaruhi oleh mikrobioma dalam saluran cerna. Saat ada jenis-jenis bakteri usus yang hilang karena sudah tak pernah diberi asupan yang sesuai, diabetes akan muncul, demikian sederhananya. Mengonsumsi makanan-makanan 'masa lalu' yang lebih alami justru akan menyehatkan dan kembali menyuburkan bakteri-bakteri baik dalam usus yang bisa mengatasi resistensi insulin yang terjadi pada penderita diabetes.

Dan tentu jumlah atau takarannya tak bisa sembarangan. Meski lebih sehat, Anda tak bisa makan beras-beras ini melebihi porsi normal. (*/ Twitter: @akhliswrites)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun