Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bakar Sampah, Kebiasaan Kuno yang Bahayakan Bumi

14 Januari 2020   08:07 Diperbarui: 14 Januari 2020   08:08 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serius. Ini sangat memprihatinkan.

Kita selalu sibuk menuduh orang lain tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri?

Bagaimana kita menangani sampah?

Tahukah kita bahwa pembakaran sampah yang tidak diregulasi dan tidak dilakukan secara sempurna di seluruh dunia justru memperparah polusi udara di atmosfer bumi, melebihi dari angka di catatan resmi. Temuan ini dihasilkan oleh tim peneliti dari National Center for Atmospheric Research tahun 2014 lalu.

Mereka memerkirakan ada lebih dari 40% sampah dunia yang dibakar begitu saja sehingga membuat gas-gas berbahaya dan partikel yang memicu gangguan kesehatan dan perubahan iklim. Dan meskipun Anda mungkin cuma membakar sampah di rumah, itu berakumulasi di atmosfer dan berdampak pada semua makhluk di bumi ini. 

Jadi, kita semestinya sudah harus menyingkirkan pola pikir sempit:"Lho kan ini saya lakukan di tempat saya sendiri jadi tidak merugikan orang lain lah!" Tapi kita lupa atmosfer kita cuma satu dan kita berbagi!!!

Saya merasa kebiasaan ini sudah harus diberantas karena kita masih banyak menganggap remeh. "Apalah arti kontribusi polusi pembakaran sampah rumah tangga dibandingkan polusi udara pabrik, motor di jalan, bla bla bla", mungkin begitu alasan dalam benak kita.

Tapi bukankah kita yakin dengan keampuhan premis "sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit"? 

Di sinilah peran pemerintah untuk memberikan edukasi (penyuluhan dan penyadaran) bahwa ada banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk mengelola sampah, dari memilah sampah organik dan menjadikannya pupuk kompos, hingga menyortir sampah anorganik untuk kemudian diolah kembali, didaur ulang, dan sebagainya.

Pemerintah juga gagal dalam menyediakan sistem manajemen sampah yang paripurna. Saya tidak ingin membandingkan dengan negara lain yang konon sudah maju. Saya lelah. Saya tidak ingin membandingkan lagi. Saya ingin mulai melakukan.

Masyarakat kita sudah begitu dimanjakan dengan ketersediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Bantar Gebang. Tinggal angkut ke sana, kelar perkara! Bodo amat mau gimana nantinya. Pokoknya rumah sudah bersih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun