Saya yang masih setengah sadar juga ikut turun karena menduga ada kecelakaan di depan bus kami. Saya turun dan barulah menyadari bahwa mesin bus kami ini mengeluarkan asap yang mencurigakan.Â
Bukan dari knalpot tapi dari bawah lantai. Sialnya, bus kami malah parkir di dekat stasiun pengisian bahan bakar (pom bensin) di dekat Mall Buaran, Jaktim.Â
Mulanya asap kecil saja. Kemudian ada beberapa orang mencoba membuka mesin dan memang asapnya tebal putih tak bisa hilang begitu saja. Diambillah tabung pemadam api. Satu tabung kecil ternyata kurang ampuh.Â
Asap masih mengepul. Makin tebal, makin membuat panik ibu-ibu yang berjaga di warung dekat pom bensin karena memang ada nyala api yang mengikuti tetesan-tetesan oli dari mesin.Â
Yang saya heran, seorang ibu pemilik warung di pinggir jalan itu berteriak histeris tapi begitu ada anaknya yang masih kecil juga ikut teriak histeris, ia menghardiknya, "Hush, diam! Tidak apa-apa!"Â
Saya pikir, kenapa ia membolehkan dirinya sendiri untuk teriak membuat panik orang di sekitarnya sementara ia membungkam anaknya yang justru sebenarnya panik dan histeris akibat mulutnya sendiri? Sungguh saya tidak paham.Â
Ini seperti kelakuan oknum ibu-ibu yang tidak sabar sampai menyerobot antrean tapi juga menasihati anaknya untuk berperilaku tertib di sekolah.
Sekilas saya ditanyai seorang pria. "Itu kenapa busnya?"
Saya cuma bisa menjawab,"Berasap, pak."
"Kepanasan kali. Nggak pernah diservis," celetuknya.
Bisa juga, batin saya.