Sekilas membaca judul di atas mungkin Anda bertanya: "Bagaimana bisa? Memang ada hubungannya antara berat badan manusia dengan kelestarian bumi ini?"
Ternyata memang ada lho!
Logikanya sesederhana ini: saat seseorang mengonsumsi begitu banyak makanan sampai indeks massa tubuhnya melambung tinggi melebihi standar maka ia juga turut berkontribusi dalam menaikkan level emisi karbon.
Lho bagaimana bisa sampai ke emisi karbon?
Bisa saja, karena setiap makanan yang masuk ke mulut kita pastinya membutuhkan transportasi agar bisa sampai di piring. Dan semakin banyak porsi makan kita, semakin banyak pula bahan bakar fosil yang dibakar untuk memuaskan nafsu makan kita yang seakan tidak pernah padam dan tak terkendali.
Itu hipotesis simpel saya saja.
Apakah memang demikian dari sudut pandang ilmiah?
Menurut sebuah penelitian yang hasilnya dipublikasikan di International Journal of Epidemiology pada tahun 2009, ditemukan bahwa berat badan yang seimbang - tidak melebihi indeks massa tubuh yang ideal - berkontribusi pada upaya melestarikan lingkungan hidup juga.
Ini karena makanan yang kita makan dihasilkan dari industri makanan yang diketahui sebagai salah satu penyumbang terbesar perubahan iklim (climate change).
Dengan asumsi tersebut, maka masyarakat yang memiliki tingkat obesitas rendah (indeks massa tubuh normal) cenderung juga mengonsumsi lebih sedikit makanan dan dengan begitu juga mereka menghasilkan gas-gas rumah kaca daripada masyarakat yang memiliki budaya makan berlebihan hingga tingkat obesitas merajalela.
Sebagai perbandingan, warga Vietnam secara rata-rata mengonsumsi 20% makanan daripada orang Amerika yang porsi makannya lebih besar dan memiliki indeks massa tubuh rata-rata yang lebih tinggi juga.
Dan benar juga bahwa emisi karbon juga lebih tinggi  pada masyarakat yang hobi makan banyak. Tetapi lain dari hipotesis saya, ternyata emisi yang lebih rendah itu karena untuk mengangkut manusia dengan berat badan lebih banyak juga menguras lebih banyak bahan bakar. Bahkan ilmuwan menakar bahwa untuk mengangkut 1 miliar orang ramping akan menghasilkan lebih sedikit gas karbon dioksida dibandingkan mereka yang tambun. Selisihnya bisa mencapai 1000 juta ton!
Semua bermula dari pola makan dan pola hidup. Saat orang memiliki pola makan dan pola hidup yang kacau balau, ia akan cenderung memiliki berat badan lebih banyak dan kenaikan berat itu makin membuat malas bergerak dan akhirnya ketergantungan pada mobil dan kendaraan bermotor pribadi juga makin tinggi.
Maka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menjaga kerampingan tubuh bukan lagi soal estetika tetapi juga pertimbangan etika dan moral sebagai manusia yang menempati planet ini untuk sementara. (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H