Bekerja sebagai penulis lepas juga harus pintar mengakali biaya hidup. Terus terang saja, mengandalkan penghasilan dari dunia menulis di Indonesia sungguh sulit. Setidaknya sampai sekarang. Entah beberapa puluh tahun nanti. Atau saat tiba saatnya orang lebih menghargai karya-karya penulis. Intinya, semua harapan itu belum pasti. Yang pasti ialah datangnya tuntutan ekonomi dan kebutuhan hidup.
Sementara itu, bekerja sebagai penulis in-house yang artinya mengabdi di dalam sebuah lembaga formal mirip dengan menjadi buruh meskipun penulis tersebut terlihat hanya duduk saja di meja kerjanya. Efisiensi kerjanya diukur dengan menggunakan standar kualitatif dan kuantitatif, bukan pada kepuasan berkarya apalagi tercapainya idealisme semata.
Penulis ala buruh ini zaman sekarang banyak ditemui di berbagai bisnis media. Jabatan mereka juga bukan semata-mata "penulis". Mereka bisa dilabeli sebagai "copywriter", "reporter", "wartawan", "jurnalis", "penyunting" (karena kerap mereka ini juga menambal sulam dan mengisi kekosongan dalam  tulisan-tulisan penulis lain).
Keuntungan menjadi penulis in-house seperti ini tentunya ialah jaminan kesejahteraan yang lebih baik daripada penulis lepas. Seorang penulis dengan demikian bisa lebih fokus pada pekerjaan dan karyanya daripada urusan tetek bengek keseharian yang tidak bertalian erat dengan dunia tulis menulis.
Hanya saja, sisi kelamnya ialah menjadi penulis in-house sama artinya Anda harus berkompromi dengan si pemberi kerja mengenai idealisme Anda. Tidak bisa sesuka kita. Apa yang menurut kita bagus, belum tentu bagus menurut orang lain. Juga belum tentu bagus dan bermutu menurut pasar (apabila kita mau karya yang kita hasilkan terjual laris manis bak buku-buku "best selling" itu). Kadang yang menurut kita sudah bagus dan bermutu tinggi sekali, bagi pasar terlalu rumit atau kurang pas dalam menjawab kondisi dan kebutuhan pasar atau masyarakat sekarang ini.
Jadi, enak mana? Jadi penulis lepas atau penulis in-house? Jawabannya terserah pada Anda sendiri. (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H