Bersama Elsa, Asad mengunjungi Mekah dan bermukim di sana sementara. Namun, kisah kemudian berubah pilu tatkala Elsa mendadak meninggal dunia. “Ia meninggal tiba-tiba, setelah kurang dari sepekan menderita sakit yang tampaknya cuma sakit karena kurang bisa beradaptasi dengan iklim yang panas dan asupan yang tidak lazim tetapi kemudian diketahui sebagai akibat dari penyakit tropis yang tidak biasa dijelaskan oleh dokter Suriah di Rumah Sakit Mekah. Rasa putus asa dan kegelapan menyelimuti saya.” Asad makin kesepian saat anak kandung Elsa, Ahmad, yang berusia 10 tahun dan bersamanya di dunia baru itu malah diminta keluarga mendiang istrinya untuk disekolahkan di Eropa daripada tinggal bersama ayah tirinya yang selalu berpetualang.
Bakat dan kecerdasannya dalam bidang intelektual membuatnya dapat masuk ke dalam pergaulan penguasa di Arab. Raja Ibnu Sa’ud menjadi teman dekatnya karena tertarik dengan kepiawaian Asad berbahasa Arab dan beberapa bahasa Eropa. Sebuah hubungan simbiosis mutalisme pun terjalin antara keduanya. Sebagai intelektual, Asad menulis juga sejumlah buku bertema prinsip-prinsip pemerintahan Islam dan hukum Muslim.
Sebetulnya Asad juga berencana menempuh perjalanan ke Indonesia, tetapi tekadnya ke tanah air kita luluh begitu ia dibujuk untuk menetap dan mengajar di India. Oleh ulama setempat, ia diajak mengajarkan pengetahuannya tentang hukum dan budaya Islam.
Ia juga pemikir yang feminis, dengan mengusulkan pada pemerintah Pakistan agar mengizinkan wanita menjabat sebagai Perdana Menteri. Ia juga menulis sejumlah esai mengenai sistem hukum syariah yang lebih mengutamakan belas kasih daripada ketegasan ‘berdarah dingin’. Karena pandangannya yang tidak populer bagi kaum eksterimis yang bangkit di awal 1980-an, akhirnya Asad terpaksa mengasingkan diri ke Portugal, lalu bermukim di Spanyol hingga akhir hayatnya. ia boleh dikatakan beristirahat dalam damai karena impiannya sebagai muslim yang tidak didiskrimnasi karena latar belakang keturunan akhirnya terwujud juga. Jenazahnya dikebumikan di sebuah pekuburan muslim di Granada, Spanyol setelah ia menghembuskan napas terakhir tanggal 22 Februari 1992. Bersama mangkatnya Asad, rampung juga perannya sebagai seorang juru tafsir hukum dan budaya Islam bagi masyarakat Islam modern. (Rujukan: “One Thousand Roads to Mecca” suntingan Michael Wolfe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H