Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saya Ingin Karya Saya Diterbitkan dan Terkenal, tapi Tidak Begitu Ingin

29 Februari 2016   12:10 Diperbarui: 1 Maret 2016   03:43 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat saya mengamati sekeliling saya, menjadi seorang penulis masa kini yang sukses membutuhkan ceramah di depan orang banyak, hadir dalam acara umum, mengenal banyak orang asing dan menyesuaikan diri pada perubahan drastis dalam lingkungan sosial.

Ini BUKAN diri saya.

Kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah saya bisa menghadapi semua "roti isi sampah" ini?

Ya, sebuah roti isi sampah dari kehidupan seorang penulis. Jika Anda tak tahu apa itu roti isi sampah, saya akan jelaskan dengan singkat. Istilah ini dijelaskan secara gamblang oleh Elizabeth Gilbert dalam bukunya “Big Magic”. Ia merujuk pada sesuatu tak menyenangkan yang mengikuti hal yang Anda inginkan. Dalam kasus saya, saya ingin memiliki karier kepenulisan yang cemerlang. Namun, masalahnya:"Apakah saya siap menghadapi hal-hal yang harus saya lakukan sebagai seorang penulis tetapi saya benci?

Dalam kasus J. K. Rowling, ia merasa "kaku" saat harus tampil di depan panggung menampilkan karyanya di depan ribuan orang. Sifat introvertnya membuatnya kurang nyaman. Inilah yang saya kadang rasakan. Ketenaran membawa banyak konsekuensi tak nyaman yang tersembunyi.

Inilah mengapa saya menulis judul itu.

Saya tahu tak semua penulis introvert (beruntunglah mereka). Namun, bagi saya dan penulis introvert lain, tampil di depan banyak orang lebih menguras tenaga. Dan jika Anda harus melakukannya dalam jangka waktu yang terlalu lama, Anda akan merasa cemas, tersiksa dan lelah secara mental.

Jadi, apakah Anda siap terkenal sebagai penulis?

*) Keterangan: Sebelum membaca ini, saya ingin memberitahukan bahwa tulisan saya berikut adalah versi bahasa Indonesia dari apa yang saya sudah tuangkan di laman medium.com di hari Senin kabisat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun