Mohon tunggu...
Aeni Pranowo
Aeni Pranowo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Enjoy the sun and the rain!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ectopic Pregnancy, Apa dan Bagaimana Melaluinya

3 Oktober 2015   13:32 Diperbarui: 3 Oktober 2015   15:15 2373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adanya kelainan di dalam tuba seperti perlengketan menjadi salah satu sebab sehingga KET (Kehamilan Ektopik Terganggu ) bisa terjadi/Kompas Health

Pagi itu, sabtu 12 September, sehabis menyiapkan sarapan pagi yang sudah agak kesiangan itu, aku merasa ada yang aneh dengan perutku bagian bawah. Ku fikir cuma mulas biasa karena memang pagi itu belum setor pagi hari. Tapi, bahkan sudah 15 menit duduk manis di toilet yang ada kotoran tidak keluar tapi perut rasanya semakin sakit. Aku pun beranjak ke kotak obat, mengambil minyak tawon dan aku oleskan ke perut, berharap bisa membantu mengurangi rasa mulas. Tetapi yang terjadi kemudian benar-benar di luar dugaan. Rasa sakit itu semakin menguat. Rasa yang panas dari dalam disertai rasa sakit seperti diremas-remas yang luar biasa. Tak kuat menahannya akupun menelpon teman Jepangku "Tolong antar saya ke Klinik" kataku sambil menahan rasa sakit.

Sambil menungu temanku datang, aku bersiap-siap sambil bilang ke anakku untuk makan sendiri karena umminya harus pergi ke kliinik sebentar. Tak berapa lama teman ku datang dan kami segera meluncur ke Klinik yang biasa aku datangi. Pukul 9:15 kami sampai sana dan oleh suster aku diminta mengumpulkan air seni untuk dilakukan tes. Namun, selama menunggu panggilan dokter, aku sudah tidak kuat lagi. Segala posisi sudah dicoba, dari mulai jongkok, berbaring, berdiri, nungging, miring, semuanya sudah tapi tetap rasa sakit itu semakin bertambah saja intensitasnya. Melihat aku yg sudah seperti itu akhirnya dokter pun memutuskan memanggil ambulance agar aku bisa dibawa ke Rumah Sakit.

Singkat cerita, sampailah aku di RS dan di sana segala pertanyaan aku jawab sambil menahan rasa sakit. Dimana sakitnya? Sejak kapan? Bagaimana rasanya? Apakah kalau ditekan sakit? dan untuk pertanyaan ini aku jawab tidak. Karena memang sakitnya itu bukan karena ditekan. Sakitnya berasal dari dalam dan ketika perut ditekan itu sama sekali tidak punya efek menambah sakit. Sebelum dokter-dokter itu bertindak lebih lanjut aku bilang "Saya sudah telat menstruasi 5 hari tapi saya tidak tahu apakah saya hamil atau tidak". Demi mendengar keterangan itu maka dokter bilang dia tidak berani melakukan MRI dan sejenisnya takutnya aku hamil. Sementara aku cuma diberi cairan dan sedikit obat pengurang rasa sakit sambil menunggu hasil tes darah dan urin. Berhubung urinku sudah dikuras di klinik maka kami harus menunggu 30 menit sampai aku bisa mengumpulkan urin lagi. Selama menunggu itu dokter bilang hasil tes darahku baik, tidak ada apa-apa. Dan ketika hasil tes urin selesei, dokter itu sambil tersenyum bilang "Selamat, kehamilan anda positif. Setelah ini kami akan rujuk ke dokter spesialis kandungan". Sedikit kaget, karena meskipun sudah telat menstruasi tapi aku sama sekali tidak merasakan tanda-tanda kehamilan yang lain, ku fikir ya hanya stress saja karena kebanyakan kerjaan setelah pulang liburan.

Akhirnya, dirujuklah aku ke dokter kandungan. Bersama satu suster dan teman Jepang yang bertindak sebagai penerjemah, akupun menceritakan kronologis sakit perut pagi ini. Dokter bertanya kapan terakhir menstruasi? apakah ada darah? dan pertanyaan lain. Demi memastikan kehamilanku maka dilakukan USG intravaginal. Cukup lama dokternya melakukan pemeriksaan. Sesekali ku dengar desahan putus asa seperti sulit sekali. Karena tirainya tidak dibuka maka akupun tidak bisa melihat hasilnya lewat layar monitor. Sekitar 15 menit baru dokternya bilang bahwa USG sudah selesei dan aku ditunggu di ruangan beliau.

Di tangan dokter itu sudah ada beberapa foto hasil USG. Dari semua keterangan yang beliau sampaikan, satu hal yang paling membuat jantungku terasa berhenti "Saya tidak menemukan adanya kantung kehamilan di uterus, semuanya bersih" katanya. What?? lalu maksudnya apa? tanyaku. Beliau masih bilang "Mungkin ini ectopic pregnancy, tapi belum bisa dipastikan, karena memang umur kehamilan yang masih muda, jadi sebaiknya kita lakukan pemeriksaan lagi minggu depan. Tetapi sakit perut tadi pagi bisa merupakan salah satu gelaja yang biasanya muncul pada pasien ectopic pregnancy". Seperti mendapatkan dua berita yang bertolak belakang di satu waktu. Aku bahagia bahwa ternyata aku hamil, tapi bahwa kemungkinan kehamilanku bermasalah itu yang membuat aku begitu terpukul.

 

Apa itu Ectopic pregnancy?

Ectopic pregnancy atau bahasa Indonesia Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah kehamilan yang terjadi diluar uterus (rahim). Pada kasus ini kantung kehamilan bisa berada di tuba falopi atau bagian lain di dekat ovari. Kalau kita cermati vidio yang menggambarkan proses perkembangan manusia mulai dari pembuahan, maka akan terlihat bahwa setelah vertilisasi (bertemunya sel telur dan sperma) bakal calon bayi itu akan menggelundung melalui tuba falopi untuk kemudian turun ke rahim dan tertanam di sana. Apabila proses penggelundungan itu terhambat karena beberapa sebab maka besar kemungkinan embrio itu akan berhenti dan tertanam di tempat lain di dalam tuba sehingga terjadilah apa yang kita kenal dengan kehamilan di luar kandungan.

 

Apa Penyebabnya?

Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya KET. Adanya kelainan di dalam tuba seperti perlengketan menjadi salah satu sebab sehingga KET bisa terjadi. Sebab lain adalah tumbuhnya kista di dalam tuba yang juga bisa mengganggu jalannya bakal calon bayi ke uterus. Beberapa KET terjadi karena ditemukan adanya penyakit (Sexual transmitted disease) sehingga mengganggu mekanisme yang harusnya terjadi. Beberapa sebab di atas bisa dihilangkan dengan melakukan pemeriksaan rutin dan menyeluruh mengani kondisi kesehatan organ reproduksi wanita dan juga pria. Namun, beberapa kasus KET juga terjadi karena faktor kebetulan karena memang tidak diketemukan hal-hal tersebut di atas setelah dilakukan pemeriksaan.

 

Bagaimana Gejalanya?

Salah satu gejala yang umum dan khas dari KET ini adalah adanya sakit perut bagian bawah yang datang begitu saja tanpa gejala sebelumnya. Jika kehamilan sudah diketahui dan tiba-tiba anda mengalami sakit perut bagian bawah yang luar biasa, di bagian kanan atau kiri (bukan dua-duanya), maka kemungkinan Anda mengalami KET sangat besar. Gejala lain yang juga sering muncul adalah pendaraan. Meskipun pendarahan ringan biasa terjadi di usia kehamilan muda karena proses perlengketan antara dinding rahim dan bakal calon bayi, tetapi pendarahan yang berlebihan patut membuat Anda waspada. Kasus yg saya alami, tidak ada pendarahan dan hanya sakit perut saja.

 

Bagaimana Memastikan?

Lalu bagaimana memastikan apakah kehamilan tersebut terganggu atau tidak? USG intravaginal bisa sangat membantu dan mempermudah. Jika ternyata dengan USG intravaginal belum bisa dipastikan posisinya maka MRI merupakan tahap lanjutannya. Pada kasus yang saya alami, ternyata USG intravaginal tidak efektif jika usia kehamilan baru 5 minggu. Waktu itu bahkan sempat terjadi salah diagnosa. Dua dokter bilang kemungkinan ovulasi terjadi di ovarium kiri namun kehamilan ada di tuba kiri. Untuk memastikan hal tersebut maka dilakukan MRI dan hasilnya di tuba falopi kanan juga tidak ditemukan apa-apa. Alasan mereka karena kemungkinan usia kehamilannya masih 5-6 minggu. Hasil USG intravaginal pekan selanjutnya yang akhirnya menjawab semua teka-teki itu, Jadi memang benar ovulasi terjadi di ovarium kiri dan kehamilan ditemukan di tuba kiri dengan perkiraan umur janin 7 minggu berdasarkan ukurannya.

 

Apa yang Sebaiknya Dilakukan?

Jika Anda divonis KET namun dokter belum memutuskan apakah akan diberikan obat peluruh atau janin bisa gugur dengan sendirinya atau harus dilakukan pembedahan, maka sebaiknya Anda berhati-hati. Yang paling ditakuti dari KET adalah terjadinya pecah tuba sehingga menimbulkan pendarahan dalam dan hal ini bisa mengancam keselamatan Ibu. Kasus saya ini misalnya, saya terkatung-katung selama 2 minggu tanpa diberikan tindakan apa-apa karena memang masih simpang siurnya posisi janin. Pada pemeriksaan pertama dan kedua saya selalu dipesan oleh dokter untuk berhati-hati agar tidak sampai terjadi pendarahan. Namun setelah MRI dilakukan saya dipesan untuk biasa saja tidak usah terlalu hati-hati karena kemungkinan janin akan gugur sendiri. Oleh karena itu maka karena bertepatan libur panjang saya sepedaan dengan membonceng anak saya tanpa mengetahui bahwa janin di tuba saya itu juga sedang tumbuh dengan cepat. Beruntunglah saya tidak terjadi pendarahan karena pecahnya tuba dan di hari pemeriksaan terakhir dokter langsung memutuskan untuk melakukan tindakan.

Menurut dua dokter tersebut memang jika kantong kehamilan sudah diketahui sejak awal, saya bisa saja diberi obat peluruh agar janin gugur dengan sendirinya. Paling buruk ya janin disedot dengan operasi laparoskopi tanpa harus mengorbankan tuba. Tetapi jika saat diketahui adanya KET janin sudah terlalu besar maka boleh jadi Anda harus mengorbankan tuba falopi demi menjaga keselamatan dan kesehatan kehamilan selanjutnya.

Sebaiknya, dilakukan pemeriksaan lanjutan pada janin yang diambil ke bagian pathology untuk mengetahui penyebabnya. Jika penyebabnya adalah karena infeksi penyakit maka sebaiknya penyakit tersebut disembuhkan terlebih dahulu sebelum program kehamilan selanjutnya agar KET tidak terulang. KET bisa terulang lagi jika masalah dan penyebabnya tidak diketahui dan diseleseikan dengan baik. Terutama apabila ternyata KET terjadi karena perlengketan tuba maka bisa terulang terus menerus tanpa penyeleseian.

Peralatan medis kita tentu sudah cukup memadai untuk dapat mengetahui penyebab dan juga mengatasinya. Dan bagi Anda yang pernah mengalami KET, bersabarlah, InsyaAllah kehamilan selanjutnya akan lebih baik (nasehat untuk diri sendiri).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun