Mohon tunggu...
Adi Arwan Alimin
Adi Arwan Alimin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Aktif mengampanyekan urgensi keterampilan menulis bagi anak-anak dan generasi muda. Penggagas Sekolah Menulis Sulawesi Barat. Kini bekerja sebagai editor dan menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mereka Memanggilnya Daeng

7 Juli 2023   13:33 Diperbarui: 7 Juli 2023   13:37 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maharnya naik berapa Daeng?"

"Hmm... seratusan lebih yang kami minta.Kalau mengundang seribu tamu, pasti butuh gedung atau ballroom yang luas.Butuh biaya tak sedikitlah itu.Ya, kita sudah cari-cari tempat memadailah.Yang kira-kira tak bikin malu kita.Apalagi mau mengundang pak Walikota segala."

"Ee... datangki Daeng," ujar mama yang tiba-tiba bergabung.

"Ada sedikit urusanlah... hehe," balasnya.Dalam gerakan amat lambat wajah ayah dan mama seolah bertaut sepersekian detik.Petang itu si Daeng memakai jaket bermerek "BOSS", bersepatu kulit yang tetap dipakainya hingga ke ruang tamu. Alas kaki itu kabarnya kiriman menantu yang tinggal di ibukota. Ia terlihat hanya menggesek dua-tiga kali di keset sebelum memasuki rumah.

"Saya bikin kopi dulu di belakang Daeng." Mama kemudian berjalan ke arah dapur. Aku yang duduk di bangku teras dapat menguping obrolan yang kemudian rasanya seperti kelokan sungai di depan rumah. Berliku-liku.Namun percakapan itu mengalir amat hangat bagai permukaan sungai jelang siang.Orang ini seperti memiliki tempat khusus di mata ayah.

"Aku mau dibantu dulu..." ujarnya kemudian setelah silang obrolan itu menemukan titik temu.Kalimatnya sedikit merendah meski disampaikan dalam posisi duduk bersandar di kursi.

"Dibantu apa Daeng..."

"Begini.Besok pagi aku mau ke Samarinda, tapi ini lagi tanggal tua.Kalau kamu ada sedikit, bantulah.Bila kiriman dari Jakarta sudah ada, aku segera lunasi.Maklumlah anak sulungku itu sering lupa kalau sedang sibuk-sibuknya, jadi transferannya sering lambat.Yang di Balikpapan juga begitu.Orangtua seperti kita ini sepertinya harus lebih sabar."

"Berapa Daeng? Soalnya lagi tanggal tua juga.Tapi kalau tak banyak, mungkin ada di mamanya."

"Barang dua, atau dua setengah jutalah."Katanya sambil menjentik-jentik meja dengan jemari, bunyinya bak gendang walau amat tipis.

"Sebentar Daeng," ayah terlihat berjalan menyusul mama yang masih di ruang belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun