Mohon tunggu...
Dewi Purwati
Dewi Purwati Mohon Tunggu... Guru - Creative Writer

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Author (Penulis) Konselor Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobby Menulis sebagai Alternatif Media Curhatku

26 Oktober 2022   19:39 Diperbarui: 26 Oktober 2022   20:44 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobby Menulis Sebagai Alternatif Media Curhatku 

Berangkat dari pengalaman pribadi, mengungkapkan perasaan yang kita rasakan terkadang memang sulit. Kita banyak berbagi, menceritakan, mengungkapkan secara langsung isi hati kepada salah satu teman. Tentu teman tersebut ialah teman yang terpercaya, untuk mendengarkan seluruh curahan yang tengah kita rasakan.

Wajar umumnya, apabila kita mengukapkan perasaan yang kita alami melalui aktivitas tersebut, beban atau rasa yang kita alami akan lebih terasa "plooong" istilah kerennya. 

Namun, lama kelamaan aktivitas seperti ini akan membiasakan kita untuk mengeluh atau mudah bercerita tentang apa yang kita rasakan kepada orang lain.

Disamping membuat kita mudah mengeluh lalu kemudian bercerita kepada orang lain belum tentu waktu yang dimiliki sahabat kita selalu ada on time 24 jam untuk siap sedia mendengarkan keluh kesah kita. Tentu tidak bukan? Lalu bagaimana, haruskah yang demikian dibudayakan dalam diri ?

Sesungguhnya melakukan hal yang demikian tidak ada salahnya. Sekali atau beberapa kali sangatlah wajar karena manusia memang tidak dapat menyembunyikan perasaannya sebelum tuntas diceritakan agar beban yang terasa meghilang. Namun jika kita ingin menghendaki lain, kita mampu mensiasatinya dengan cara yang lebih jitu. Yaitu dengan "menulis"

Mengungkapkan pikiran, ide, perasaan tidak harus melulu dengan komunikasi dua arah atau menunggu teman untuk mencurahkan isi hati.   Aternatif menulis misalnya dapat menjadi tips aktivitas yang sukses dalam mengungkapakan pikiran, ide dan perasaan apapun. 

Tulisan tulisan yang tertuang dalam setiap kata adalah sebuah hasil dari apa yang kita rasa pula alami yang tentunya akan menghasilkan kepuasaan makna tersendiri. 

Di samping itu dengan menuliskan, kita lebih leluasa mengeksplor perasaan kita. Kita juga  akan memiliki kenangan dengan peristiwa-peristiwa yang tengah kita alami. 

Tentu kita akan memiliki segudang cerita untuk cucu-cucu kita tentang masa lampau yang telah dilewati baik susah senang, duka bahagia, gagal sukses, dll.

Hal ini juga dapat mengevaluasi diri kita saat kita membaca ulang tulisan kita. Apalagi menulis sesuatu yang berkaitan dengan persaaan atau pengalaman pribadi tentunya akan lebih mudah dan luwes dalam menuangkannya. Bukankah demikian?

Lalu bagaimana? Saya mulai dari mana nulisnya? Saya bingung. Inilah pertanyaan yang sering muncul dalam diri kita. Seakan-akan menjadi momok untuk menghentikan niat kita menulis. Lalu bagaimana? Apakah kita harus berhenti? Lalu kapan kita memulai sebuah perubahan diri kita?

Bingung merupakan  hal yang wajar. Saya juga masih belajar dan pernah mengalaminya bahkan sering. 

Mulailah menulis dengan menulis itu sendiri. Menulislah dengan hati, tulislah apa saja yang sesuai dengan suasana perasaan hati saat ini. Saat kita mengikuti suasana hati itu, kemudian tuangkanlah, goreskanlah apa  yang tengah kita rasakan ke dalam sebuah tulisan-tulisan sederhana. 

Menulis berupa aktivitas menyusun kata-kata menjadi kalimat. Kata-kata itu tidaklah harus panjang cukup buat pola sederhana berdasarkan Subjek, predikat, objek dan keterangan yang disesuaikan dengan gambaran suasana hati saat itu.

Hal itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang indah. Saat peristiwa kecil yang kita rasakan kita goreskan menjadi sebuah tulisan secara tidak langsung kita memulai untuk belajar menulis.

Bingung  memang perasaan yang timbul akibat kurang adanya keyakinan kita tentang sesuatu yang kita pikirkan. Banyak orang yang sulit untuk menuangkan pikirannya melalui kata-kata . Inilah kebingungan itu bukan?

Benar,  mengungkapkan kata-kata bukanlah sesuatu yang mudah bagi orang yang belum terbiasa, diperlukan konsistensi yang terus menerus.  Namun akan menjadi sebuah kesenangan dan kebiasaan bagi orang yang telah terbiasa dan konsisten melakukannya. Semua berproses, proses memadukan kata-kata diperlukan pengetahuan akan banyaknya membaca, pengalaman dan latihan. 

Latihan merangkai kata demi kata sehingga menjadi kalimat. Latihan ini sebuah upaya untuk membiasakan diri untuk menulis.  Selain latihan dibutuhkan pula kesabaran dan ketekunan. Dan yang paling penting adalah istiqamah atau konsisten. Dengan demikian kita tidak akan merasa bingung untuk memulai sebuah tulisan. 

Seperti  tulisan-tulisan sederhana yang kita alami. Awali menulis akitivitas kegiatan sehari hari dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali.  Peristiwa apa saja yang telah kita lewati dalam sehari. 

Pengalaman berharga apakah yang dapat kita ambil kemudian kita tulis untuk menjadi sebuah pelajaran berharga atau ibrah bagi kehidupan kita.  

Semua itu lazim ditulis dengan pena sebagai tanda sejarah kehidupan kita, tentu banyak hal yang menarik bukan dalam tiap detik hidup kita? Sayang sekali jika tiap peristiwa berharga itu terlewat tanpa sempat tergores pena dan diabadikan. Waallahu a'lam.

Semoga kita senantiasa diberi kesempatan untuk belajar menggoreskan setiap peristiwa berharga yang kita miliki dan mengabadikannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun