Dari pukul 6 pagi sampai 9 siang hanya bertambah 3 bukaan saja. Sedangkan rasa kontraksi yang muncul semakin tidak karuan dan durasinya semakin lebih intens yakni 3 menit sekali. Saya mulai kehilangan energi. Sejak semalaman sama sekali tidak tidur melalui nikmatnya kontraksi demi kontraksi menuju pembukaan. Ditambah tak ada asupan makanan kecuali sepotong roti yang tidak sempat bisa kutelan meski sudah kupaksakan.
Saat itu saya merasakan tubuh ini mulai menggigil, pandangan mulai buram kemudian perlahan-lahan gelap, seolah bertaruh nyawa antara hidup dan mati. Infuspun tiba2 terpasang ditanganku. Aku melihat suamiku menetaskan air mata melihatku berjuang dalam proses persalinan.
Bahkan dia tak tega melihat kondisiku semakin melemah. Rupanya tanpa sadar aku berkali kali berusah memukul tanganku ke dinding dan membentur kan kepalaku ke tembok saat pembukaan 6-8.
Hal tersebut tidak sadar dan diluar kendaliku. Kembali suami dan terutama umiku membisik kan kalimat istighfar ditelingaku sembari kumengikutinya. Umiku kembali meyakinkanku mampu melanjutkan persalinan normal ini.
Saat masuk pembukaan ke 9 dan 10. Rasa sakit yang kurasakan menjadi 1000 kali lipat dari kontraksi pembukan sebelumnya.
Bahkan aku sudah pucat pasi, bibir membiru, menggigil, mengingau tak karuan, dan 2 menit hilang kesadaran sehingga suster dan bidan harus memberikan aku infus agar aku tetap bisa melanjutkan persalinan normal karena sudah kepalang tanggung pembukaan tinggal 2 lagi menuju pembukaan 10 sempurna.
Setelah infus terpasang, dan kesadaranku kembali stabil kontraksi demi kontraksi semakin gila sejadi-jadinya. Suamipun memohon izin meminta doa kepada sanak saudara di Wonogiri agar aku dipermudah proses persalinannya.
Yang sulit dilakukan saat masuk pembukaan 9-10 adalah larangan untuk mengejan. Padahal pembukaan 9-10 itu gelombang kontraksi sangat amat kuat, suster meminta untuk menahan hasrat mengejan tersebut sampai pembukaan lengkap dan sempurna selama 2 jam. Padahal kontraksi muncul setiap 1 menit sekali. Aku 3 kali melakukan kesalahan yakni gagal nahan ngejan, sehingga darah robekan mengalir dari jalan lahir. Karena robekan akibat mengejan sebelum waktunya dapat menyebabkan jalan lahir bengkak.Â
Yang membuat proses persalinan normal begitu spesial adalah seorang calon ibu merasakan kontraksi demi kontraksi menuju pembukaan 1 hingga 10. Dan yang paling spesial adalah moment dimana kita sudah sampai puncak klimak kontraksi di pembukaan 10.
Saat pembukaan sudah lengkap. Maka proses mengejan yang paling ditunggu tunggu hadir. Â Ternyata saat itu air ketubanku tetap masih utuh sampai pembukaan 10. Dokterpun memutuskan untuk menunggu sampai air ketuban itu pecah dengan sendirinya. Sudah hampir setengah jam menunggu, ternyata air ketubanku tetap tak kunjung pecah, Â
tiba-tiba semua suster dan dokter berkumpul di hadapanku. Salah satu suster memasukkan suatu benda ke jalan lahirku dan
Pyooook..... aku merasakan ada sesuatu (air) mengalir pecah dari jalan lahir. Rupanya dokter terpaksa memecahkan air ketubanku untuk segera mempermudah proses persalinan.
Saat sudah pembukaan 10 sempurna barulah aku diberikan aba2 untuk dimana dan kapan mulai mengejan agar kepala dedek bayi pelan pelan keluar dari jalan lahir.
Proses tersebut memakan waktu 14 menit dengan jumlah 7 sesi mengejan dan tiap sesi 3 kali pengambilan nafas.
Rasa sakit bertubi-tubi kembali hadir bahkan nafas semakin tersengal-sengal, karena proses ini yang paling menentukan karena bayi yang dinanti akan segera lahir ke dunia.
Semua lelah menjadi tiada ada arti.
Saat itu ada 5 suster dan 1 bidan ahil yang menangani proses persalinanku.
Mereka satu persatu sangat telaten menangani persalinan normalku.