Saat usia kehamilan menuju 9 bulan drama kehamilanpun belum selesai. Kali ini usia janin masuk 36 minggu sudah cukup usia untuk bayi dilahirkan. Namun aku belum juga mendapatkan signal gelombang cinta dari dedek bayi. Kamipun senantiasa berkonsultasi pada dokter kami. Tentunya tidak lupa kami melibatkan Allah untuk mempermudah urusan kami.Â
Hingga usia kehamilan 37 Minggu pun berlalu tetap belum ada tanda-tanda kontraksi. Kami terus melakukan pemeriksaan dan kontrol setiap 1 minggu sekali selama kehamilan 9 bulan. Kami tetap yakin bahwa dede bayi akan segera mengajak dilahirkan. Jalan kaki, jalan nanjak, ngepel jongkok, cabut rumput, makan kurma, minum madu semua PR satu persatupun kami selasaikan dan istiqamahkan.
Hingga di Minggu ke 39, saat kontrol USG kontraksi tetap belum kunjung datang. Dokter memastikan volume dan kualitas air ketuban, plasenta masih aman, detak jantung baik dll masih bagus. Kami diminta untuk bersabar menunggu dan menantikan kontraksi itu muncul sampai 40 minggu.Â
Detik-detik hari HPL 8 Semptemberpun tiba. Jadwal kunjungan kontrol kembali dilakukan. Kali ini situasi kontrol USG sangat serius, tidak seperti biasa akupun kali ini ditemani oleh suami dan umiku saat kontrol pemeriksaan.Â
Kekhawatiranku semakin memuncak sebab 40 Minggu janin belum ada tanda-tanda kontraksi. Namun suamiku senantiasa mensupport dan meyakinkanku akan baik-baik saja. Setelah pemeriksaan berakhir, dokter akhirnya menyarankan second opinon untuk dirujuk ke RS jika sampai nanti malam belum terjadi kontraksi guna persalinan.Â
Setibanya dirumah, saya beraktivitas seperti biasa. Pukul 9 malam tiba-tiba saya merasa mulas untuk pertama kalinya. Rasa mulas itupun rutin terjadi setiap 10 menit sekali.
Suami dan keluarga segera membawaku ke klinik persalinan dan menghubungi orang terdekat.
Setibanya di klinik, dengan cepat saya langsung digiring menuju ruang pemeriksaan oleh bidan jaga, setelah melakukan pemeriksaan ternyata saya baru pembukaan 1.
Petugas medis pun memberikan 2 opsi yakni kembali pulang kerumah sembari menunggu pembukaan 3/4 atau langsung menginap di klinik untuk menanti bukaan demi bukaan bertambah. Akhirnya suami dan keluarga memutuskan langsung menunggu pembukaan demi pembukaan di klinik.
Malam itu menunjukkan pukul 00.00 dini hari, kontraksi yang muncul semakin sering dan menjadi-jadi yakni setiap 5 menit sekali. Tubuh saat itu masih sangat beradaptasi dengan kontraksi yang muncul. Keringat dingin mulai bercucuran, gelombang cinta dedek bayi semakin intens dan kuat yang mana mengharuskan aku menahan rasa sakit dengan meremas-remas tangan umiku dan suami ketika klimak kontraksi terjadi silih berganti. Kontraksi sejak pukul 12 malam sampai diri hari jam 6 pagi ternyata aku masih pembukaan 3.
Perasaan gelisah, lemas, cemas, sakit, nyeri dan tidak yakin untuk melanjutkan persalinan normalpun muncul. Rasanya ingin sekali menyudahi semua rasa sakit ini.
Namun suami terus mensupport saya. Saya bisa melalui ini semua. Umipun meyakinkanku bisa melalui semua proses kodrat tersebut sebagai wanita yakni melahirkan buah hati.
Dengan kondisi penuh menahan rasa sakit kontraksi di awal pembukaan beralih menjadi dua kali lipat sakitnya menuju pembukaan ke-4.Â