Kedua, faktor yang memengaruhi perawat gagal ujian yaitu kemampuan dalam analisa soal ujian. Hal ini sangat berkaitan dengan kebiasaan perawat dalam mempelajari soal-soal ujian yang dihadapi. Faktor ini kita sadari berkontribusi besar karena sistem pendidikan kita tidak menerapkan bahasa inggris dalam pengajaran materi keperawatan. Namun ini bisa diubah dengan memperbanyak lembaga atau review center yang secara khusus memberikan pengajaran terkait materi ujian perawat di timur tengah.
Saya melihat negara tetangga seperti Phillipina yang memperbanyak nursing review center bagi perawat-perawat yang telah selesai menamatkan pendidikan keperawatan dan bersiap untuk kerja ke timur tengah. Meski sistem pendidikan dan pengajaran mereka telah menerapkan bahasa inggris, namun keberadaan review center ini menjadi faktor pendorong dalam kesuksesan mereka melewati ujian sebagai perawat teregistrasi.
Ketiga, rendahnya pengalaman praktik perawat sehingga memengaruhi hasil ujian. Pengalaman ini sangat berkaitan dengan materi ujian, karena sebagian soal membahas kemampuan praktik yang disesuakan dengan teori. Perawat yang memiliki pengalaman banyak dalam praktik keperawatan memiliki peluang lulus ujian yang tinggi.
Sebagai perawat, penulis sadari bahwa pengalaman praktik memberikan makna berarti dalam pembelajaran yang mengasah keterampilan. Pada uji kompetensi untuk menjadi perawat teregistrasi di Indonesia, kita dihadapkan pada soal-soal berbasis praktikal yang menuntun perawat untuk memberikan analisis kritis terhadap masalah keperawatan dan menjawab soal berdasarkan analisis mereka. Hal ini juga berkorelasi dengan soal ujian untuk menjadi perawat teregistrasi di Saudi Arabia.
Sebagai bahan evaluasi bersama, tentu semua stakeholder terutama lembaga pendidikan, training center, dan perawat secara mandiri untuk bergeliat melakukan perbaikan secara menyeluruh agar faktor-faktor penyebab kegagalan ujian bisa diselesaikan dari hulu ke hilir. Dua dari tiga faktor diatas sangat berkaitan dengan pendidikan sementara faktor lain berkaitan dengan kehidupan profesional perawat.
Kedepan, Indonesia tidak hanya mampu untuk menjadi penyuplai tenaga keperawatan terbesar dari segi kuantitas di Asia, namun harus mampu memproduksi perawat dengan kualitas prima yang berdaya saing internasional. Masih ada waktu untuk memperbaiki hal ini, semoa dapat terlaksana dengan baik.
Penulis adalah Occupational Health Nurse di Saudi Arabia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI