Berbeda dengan Amri, perawat puskesmas yang sudah bekerja 5 tahun. Dia menerima kurang lebih Rp 1 Juta perbulan ditambah tunjangan dari jasa pelayanan BPJS kesehatan.Â
Lain lagi dengan Ardi yang bekerja di Rumah Sakit tipe B di karawang, dia menerima gaji Rp 3,5 Juta perbulan. Meski bekerja di daerah yang sama namun nasib mereka berbeda. Memilih menjadi perawat di layanan kesehatan atau sektor industri adalah pilihan individu masing-masing perawat.
Memang segala sesuatu tidak hanya dilihat dari besar pendapatan namun dedikasi dan pengabdian. Akan tetapi jika kita disebut sebagai profesi yang memiliki skill dan keterampilan, tentunya kita dibayar mahal. Merawat bukanlah pekerjaan mudah, karena menyangkut sakit dan nyawa manusia.
Liat profesi lain seperti teknik atau insinyur. Mereka dibayar mahal hanya untuk membuat denah bangunan atau gambar rumah dan perhotelan mewah. Meski pekerjaan mereka tidak menyangkut nyawa manusia, namun karena skill yang dimiliki maka secara otomatis mereka dibayar mahal.
Ada diskrepansi yang terjadi dalam lingkup kehidupan profesi saat ini, namun karena kurangnya kepercayaan diri juga skill dan pengetahuan, perawat seolah berada dalam pakem yang sama. Mereka tidak mau bergerak melihat sektor lain yang lebih baik dan bonafit.
Akhirnya sektor-sektor tersebut diisi oleh sebagian kecil tenaga kesehatan meski peluang yang ada sangat besar. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan di luar negeri juga. Perawat OHN jarang dilirik karena rata-rata selera perawat kita di rumah sakit, klinik dan puskesmas. Padahal pada kenyataannya, perawat di industri juga melakukan perawatan pada tenaga kerja di industri tersebut.
Oleh karena itu, kepada rekan-rekan perawat, jika bosan bekerja di rumah sakit, klinik dan puskesmas, ada baiknya mencoba sektor industri. Menjadi perawat Industri tidak akan mengurangi atau menghilangkan skill yang ada melainkan penambahan ilmu dan juga pengetahuan baru yang tidak dipelajari di rumah sakit maupun institusi pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H