Bekerja di bidang kesehatan memang akan selalu dibutuhkan dalam kehidupan. Tidak bisa dipungkiri jika sebagian orang memilih menjadi dokter, perawat dan tenaga kesehatan sebagai karir masa depan karena sektor ini sangat menjanjikan. Memilih menjadi tenaga medis dan tenaga keperawatan memang membutuhkan mental yang kuat, kesabaran dan dedikasi yang tinggi.
Mempelajari kebutuhan dasar manusia, anatomi dan fisiologi tubuh, ragam penyakit dan berbagai seluk beluk kejiwaan sangat membutuhkan ketekunan dan tekad. Memang kuliah dibidang ini tidak ada yang singkat, karena kedepan mereka akan berurusan dengan manusia dan nyawa.
Sehat dan sakit merupakan alur dalam proses kehidupan manusia. Rentang keduanya akan selalu muncul apalagi ketika sakit mendera. Manusia akan sangat membutuhkan pengobatan dan perawatan sebagai pilihan untuk mencapai derajat kesehatan yang diinginkan.
Begitupula dengan perawat, dalam karir kehidupan profesi, mereka akan selalu dihadapkan pada pilihan untuk memutuskan bekerja di layanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan puskesmas atau mengambil keputusan bekerja di sektor lainnya.
Data Kementrian Kesehatan menyebutkan bahwa persentase jumlah perawat yang bekerja di rumah sakit mencapai 58,26%, diikuti puskesmas dengan persentase 29,46% serta sisanya sebanyak 12,22% mengabdi di layanan kesehatan pembantu untuk daerah tertinggal, terdepan dan terluar.
Dari persentase tersebut, perawat yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara di rumah sakit dan puskesmas hanya berada di kisaran 20%, sementara perawat honorer mencapai 80%. hal ini membuktikan bahwa perawat yang memilih bekrja di layanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas ternyata lebih banyak dari mereka yang memilih sektor lain seperti industri, perminyakan dan pertambangan.
Ada anggapan jika perawat yang bekerja selain di layanan kesehatan kurang beruntung, sebab ilmu yang dipelajari tidak akan sepenuhnya bisa dipraktikkan dalam kehidupan profesi. Namun nyatanya, semua hal tersebut tidak tepat.
Perawat di sektor industri, migas dan pertambangan tetap melaksanakan ilmu keperawatan yang dipelajari, bahkan mereka selalu berhadapan dengan kasus-kasus emergency yang biasa dilakukan di unit gawat darurat rumah sakit. Mereka juga merawat manusia yang bekerja di sektor industri tersebut.
Perawat di sektor industri atau yang biasa disebut Occupational Health Nurse memiliki spesialisasi kerja yang tidak kalah dengan perawat di rumah sakit, klinik dan puskesmas. Kelebihan perawat industri, selain memiliki dasar ilmu keperawatan, mereka juga dilatih tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Menarik bukan? Namun pada kenyataannya, jarang perawat yang melirik sektor ini. Untuk masalah gaji, jangan ditanya. Mereka menerima pendapatan melebihi perawat yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas.
Saya mengambil contoh seorang teman yang bekerja di sektor industri di wilayah Karawang, Jawa Barat. Perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan ini memberikan gaji kepada perawat berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sekitar Rp 4,6 Juta perbulan. Gaji pokok sebesar itu, ditambah dengan tunjangan dan pendapatan lain yang jika ditotalkan sudah melebihi Rp 6 juta rupiah plus tanggungan asuransi BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan.
Berbeda dengan Amri, perawat puskesmas yang sudah bekerja 5 tahun. Dia menerima kurang lebih Rp 1 Juta perbulan ditambah tunjangan dari jasa pelayanan BPJS kesehatan.Â
Lain lagi dengan Ardi yang bekerja di Rumah Sakit tipe B di karawang, dia menerima gaji Rp 3,5 Juta perbulan. Meski bekerja di daerah yang sama namun nasib mereka berbeda. Memilih menjadi perawat di layanan kesehatan atau sektor industri adalah pilihan individu masing-masing perawat.
Memang segala sesuatu tidak hanya dilihat dari besar pendapatan namun dedikasi dan pengabdian. Akan tetapi jika kita disebut sebagai profesi yang memiliki skill dan keterampilan, tentunya kita dibayar mahal. Merawat bukanlah pekerjaan mudah, karena menyangkut sakit dan nyawa manusia.
Liat profesi lain seperti teknik atau insinyur. Mereka dibayar mahal hanya untuk membuat denah bangunan atau gambar rumah dan perhotelan mewah. Meski pekerjaan mereka tidak menyangkut nyawa manusia, namun karena skill yang dimiliki maka secara otomatis mereka dibayar mahal.
Ada diskrepansi yang terjadi dalam lingkup kehidupan profesi saat ini, namun karena kurangnya kepercayaan diri juga skill dan pengetahuan, perawat seolah berada dalam pakem yang sama. Mereka tidak mau bergerak melihat sektor lain yang lebih baik dan bonafit.
Akhirnya sektor-sektor tersebut diisi oleh sebagian kecil tenaga kesehatan meski peluang yang ada sangat besar. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan di luar negeri juga. Perawat OHN jarang dilirik karena rata-rata selera perawat kita di rumah sakit, klinik dan puskesmas. Padahal pada kenyataannya, perawat di industri juga melakukan perawatan pada tenaga kerja di industri tersebut.
Oleh karena itu, kepada rekan-rekan perawat, jika bosan bekerja di rumah sakit, klinik dan puskesmas, ada baiknya mencoba sektor industri. Menjadi perawat Industri tidak akan mengurangi atau menghilangkan skill yang ada melainkan penambahan ilmu dan juga pengetahuan baru yang tidak dipelajari di rumah sakit maupun institusi pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H