Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia 🇸🇦

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Merawat Harapan "Dari Sumbawa ke Timur Tengah"

21 November 2019   08:00 Diperbarui: 21 November 2019   08:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Teheeltech Training Centre (taheeltech.com)

Pertanyaan yang tersirat, bagaimana perjalanan ini selanjutnya? Pasrah akan kehendak untuk ditempatkan dimana saja menjadi keputusan yang haru kami ikuti.

Dikala itu, Riyadh baru akan memasuki musim panas setelah kurang lebih 5 bulan diselimuti musim dingin. Tiap waktu ibadah dimulai kami selalu menyempatkan diri untuk ke masjid, silaturahim dengan jamaah di masjid, sesekali beristirahat sambil berdiskusi dengan sahabat yang lain. Terik menyengat di luar seolah ingin menghentikan langkah yang ada, tapi saya kembali berfikir untuk tetap kuat.

"Perjalanan ini bukanlah akhir, duka dan lara di perkampungan jauh lebih sakit dari keadaan ini. Motivasi jangan sampai hilang hanya karena keadaan" seloroh saya saat itu.

Dua hari setelah itu dimulailah penempatan kami ke berbagai kota di wilayah Riyadh. Alhamdulillah, saya di tempatkan di kota Al Majmaah, Riyadh tepatnya di Pusat Rehabilitasi dibawah Kementrian Sosial Arab Saudi.

Kota yang terlatak diantara perbatasan Riyadh dan Al Qassim ini menjadi saksi bisu dalam memulai langkah sebagai perawat pemula, kota tempat kelahiran Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al Jubaer ini begitu mungil namun tetap indah diantara deretan padang gersang, taman-taman kota dihiasi lampu juga rumput buatan. Kita bisa menempuh kota ini dari pusat ibukota sekitar 1,5 jam. Kota ini adalah takdir untuk mengenal sekitar, menyambung silaturahim dengan rekan sejawat dari Philipina dan India juga dengan tenaga kesehatan lain dari luar Saudi Arabia.

Perawat disabilitas, saya menyebutnya demikian. Pasien di tempat kami berjumlah 157 orang yang dibagi di beberapa ruangan. Ada ruang perawatan dasar bagi pasien yang baru masuk, ada ruang ICU bagi pasien dengan NGT, ada juga ruang perawatan lanjutan, ruang fisioterapi dan ruang isolasi.

Disinilah hari-hari terlewati, saya belajar dan mensyukuri. Pekerjaan yang kami lakukan tidak begitu sesibuk teman-teman di tempat kerja lainnya. Keceriaan, keikhlasan juga sentuhan merupakan komponen yang senantiasa melekat ketika berhadapan dengan pasien disabilitas. Kami hanya mempertahankan kehidupan pasien dengan tetap memantau segala kebutuhan dasarnya.

Sungguh tugas mulia, apalagi ditambah dengan kehadiran Dokter yang ada di tempat kerja, mereka sangat baik sekali, ada yang berasal dari Syriah dan Mesir.

Tiga tahun membersamai mereka, rasanya sungguh berbeda, pengalaman ini akan menjadi catatan kehidupan yang tidak akan pernah saya lupakan, segala duka dan nestapa tentu akan selalu ada, namun bahagia serasa lebih banyak diberikan Allah SWT kepada saya.

***

Itulah takdir yang telah dan sedang saya jalani hingga saat ini. Kesyukuran sebagai hamba yang lemah dan tempaan mental sejak kuliah membuat saya merasakan bahwa masalah hanya proses untuk naik kelas. Semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin yang menerpa adalah adagium nyata untuk menguatkan daya tahan agar menjadi pribadi kuat dan kokoh dalam menggapai cita dan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun