Ada kesejukan dalam memandang alam sembari merefleksikan segala kenang dan juang. Di lain keadaan para petani mulai beranjak dari pangkuan menuju rumah kedua sebagai tempat menopang kehidupan, sesekali pedagang bakulan berteriak menjajakan kue tradisional, keluar masuk gang untuk mencari rizki. Dalam rentang masa waktu, beginilah suasana pedesaan, tidak ada yang berubah drastis, hanya saja disebagian jalan-jalan kampung sudah dimulai perbaikan, gotong royong masih dilakukan tiap juma'atan, bahkan yang tidak hilang adalah rembuk adat saat pesta pernikahan.
Meski baru saja lepas dari kategori daerah terpencil dari 10 Kabupaten/Kota yang ada di NTB, namun kehidupan masyarakat berjalan seperti biasa, tidak begitu banyak masalah, mereka terlalu jauh untuk peduli dengan inflasi, pertumbuhan ekonomi atau tax amnesty yang digalakkan pemerintah. Mereka juga tidak mengerti apa itu unicorn, tidak pula menonton avengers, mereka lebih suka drama di MTV dan mendengar lagu-lagu Rhoma Irama di radio.
Kedai kopi tiap malam selalu penuh hanya untuk mengobrol keadaan padi dan jagung yang ditanam atau masalah ternak yang melahirkan. Hiruk pikuk sistem politik sepertinya tidak tersentuh di mata batin mereka. Hal utama adalah menjangkau sejahtera menurut versi mereka dengan objek lahan pertanian, perkebunan dan peternakan yang menjadi idaman.
*** Â Â
Waktu berjalan begitu cepat, 3 tahun terlewati dengan sukses membawa ijazah kerumah, Memang cukup lega setelah diwisuda, apalagi melihat wajah orang tua yang gembira. Meski jauh dari sebutan berada, namun saya telah memulai dengan niat yang kuat dan hasilnya adalah purna dari perguran tinggi daerah.
Ditengah keadaan ekonomi yang papa, saya kembali membayangkan sekaligus merefleksikan jalan-jalan panjang perjuangan semasa kuliah. "Inilah hidup dengan segala dinamikanya" demikian pergumulan bathin saat itu. Menyadari kelulusan sebagai sukses utama memang menjadi dambaan ditengah banyak mahasiswa menempuh semester panjang bahkan drop out perkuliahan. Ini keberhasilan seloroh saya didepan cermin setengah retak yang ada dirumah. Masih ada usaha keras untuk mendaki lagi sampai ke puncak.
"Jika ingin bertahan dalam kesulitan maka rawatlah motivasimu" demikian pesan bapak sejak sekolah. Filosofi ini kemudian saya terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari meski masalah datang dan silih berganti. Ada kekuatan yang membuat motivasi tidak boleh redup meskipun saya orang desa yang jauh dari fasilitas yang memadai.
***
Hari berlalu tanpa salam, waktu berputar tanpa tahu akan keadaan. Surat lamaran sudah disiapkan dari malam hari untuk diantarkan ke Puskesmas di pagi harinya. Saya menelusuri jalan-jalan pedesaan menuju tempat tujuan, tidak jauh, cukup berjalan 10 menit saja.
Pertama bertemu dengan Kepala Puskesmas sembari diskusi ringan tentang perkuliahan dan wisuda. Sesekali beliau bertanya tentang prestasi saat kuliah. Saya jelaskan hal-hal yang beliau tanyakan. Tanpa banyak permintaan, saya kemudian diterima dengan catatan tidak memprotes untuk diangkat menjadi pegawai dan bersedia tidak mendapatkan gaji atau meminta gaji sesuai upah minimum yang ada selama bekerja.
Tidak terpikirkan berapa yang akan saya terima, asalkan bisa bekerja, di lihat oleh orang tua dan sesama bahwa saya telah resmi bekerja sebagai perawat. Mungkin duka bagi jendela-jendela lain yang melihatnya, namun sekali lagi ini keadaan. "Ada Allah SWT yang mencukupi". Demikian kata-kata yang selalu saya sampaikan kepada ibu.