Kampus tidak boleh menerapkan prinsip otoriter dalam pelaksanaan sistem pendidikan, sebab ia mesti menghargai setiap masukan sebagai upaya perbaikan. Termasuk berbagai gagasan dan pemikiran yang berkembang di lingkungan civitas akademika.
Β
Harapan Ke Depan
Β
Untuk memaksimalkan hal di atas tentu kesadaran kolektif sangat diperlukan dalam menjamin mutu dan kualitas perguruan tinggi. Marwah kampus sebagai ladang pengetahun harus ditingkatkan dan menjadi bagian dari upaya membangun kultur kampus itu sendiri. Dengan begitu maka keterbukaan antar disiplin ilmu akan terjadi.
Terakhir, mengelaborasi ungkapan Ibnu Khaldun tentang generasi bangsa maka sesungguhnya generasi yang dilahirkan dari perguruan tinggi haruslah generasi pembangun dan pendobrak bukan generasi penikmat atau generasi masa bodoh. Identitas sebagai generasi yang baik harus tercermin pada nilai-nilai pendidikan yang diterapkan, iklim kampus yang terbuka serta partisipasi civitas akademik kampus bukan sebaliknya menerapkan prinsip otoriter, ketidakterbukaan serta minim partisipasi.
Jika merujuk kepada keniscayaan pendidikan sebagai bagian dari kemampuan menjawab persoalan kekinian maupun antisipasi masa depan, maka sudah seharusnya pola pendidikan perguruan tinggi diterapkan dengan sebaik-baiknya. Kesan institusi pendidikan yang menjadikan mahasiswa ibarat "mesin ATM" atau "pabrik gandum" yang siap diolah dan dicetak dengan sama persis harus ditingggalkan. Masa depan pendidikan haruslah tercermin dari input dan proses yang baik, sebab keduanya akan memberikan output dan outcome yang baik pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H