Pertama, di tingkat keluarga, ketersediaan tempat cuci tangan harus diprioritaskan, tidak hanya di dapur tetapi juga diluar rumah seperti taman atau didepan dan samping pintu masuk yang ada dirumah. Bisa disediakan sabun batang atau cair sebagai sarana pendukung cuci tangan yang lengkap dan bersih.
Kedua, ketersediaan leaflet atau kata-kata pengingat pelu diperhatikan seperti "Jangan Lupa Cuci Tangan Menggunakan Sabun" disetiap tempat yang aktivitas digunakan untuk makan dan buang air besar dilakukan, misalnya di dapur dan di area kamar mandi.
Ketiga, perlu juga diperhatikan sarana dan prasarana pendukung agar kegiatan cuci tangan bisa berlangsung dengan baik dan benar.
Jika kita tidak mampu membeli sarana dan prasarana pendukung sebagai tempat mencuci tangan, pemanfaatan fasilitas berupa botol bekas, tabung air dari tanah liat dan juga sarana lainnya bisa dimanfaatkan sebagai pengganti yang lebih murah.
Dengan tiga tips tersebut, minimal kita sudah mengerti cara pencegahan kuman dan bakteri yang ada disekitar kita. Sebagai upaya membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, pendidikan di sekolah dan keluarga menjadi syarat utama pengetahuan dan kebudayaan itu sendiri.
Hal-hal kecil seperti yang saya jelaskan diatas akan sangat bermanfaat minimal mencegah anak-anak atau anggota keluarga dari beragam penyakit akibat kuman dan bakteri seperti diare dan demam typoid.
Penguatan pendidikan karakter dari membiasakan hidup bersih dan sehat melalui cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir sangat ditentukan dari seberapa besar siswa dan anggota keluarga mempraktikkannya. Perlu usaha terus menerus untuk mendorong kegiatan psotif ini agar tidak hanya kita yang terhindar, orang lain juga demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H