Geliat sosialisasi juga inovasi dalam rangka menyediakan sarana dan prasarana juga budaya cuci tangan yang benar harus terus ditingkatkan oleh seluruh stakeholder yang ada seperti pendidik juga tenaga kesehatan yang berpartisipasi dalam kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Cuci tangan pakai sabun merupakan kebiasaan ringan yang sejatinya ditingkatkan atau dibudayakan dikalangan sekolah, keluarga juga masyarakat. Di kota-kota besar seperti Jakarta, ketersediaan tempat mencuci tangan dan minum air menjadi prioritas yang terus ditingkatkan. Penyebaran infesksi melalui kuman dan bakteri di kota cukup tinggi karena aktivitas di luar dan di tempat umum juga meningkat.
Penulis bisa mencontohkan di fasilitas transportasi seperti Busway dan Juga Kereta Api. Kedua sarana ini rentan dengan infeksi kuman dan bakteri terutama ketika para penumpang menggantungkan tangan di handle gantungan atau di besi pegangan yang ada di busway maupun kereta.
Meski belum ada penelitin khusus yang mengamati masalah ini, namun bergantinya tangan disetiap keluar dan masuknya penumpang bisa berpotensi pada tingginya angka penyebaran kuman dan bakteri.
Jangankan di tempat umum seperti di sarana umum dan sarana transportasi, di rumah sakit sendiri, budaya bersih dan cuci tangan sangat ditekankan. Penularan infeksi nosokomial melalui pengunjung sangat dijaga ketat agar penularan bakteri dan kuman ke pasien bisa dihambat atau dihindari.
Memang kegiatan ini cukup mudah dilakukan tapi jarang dibudayakan. Ketersediaan sarana dan prasarana bisa menghambat budaya ini tapi inovasi dan kerjasama lintas sektoral sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran juga kebiasaan sehat baik di sekolah, rumah maupun tempat umum.
Hadirnya inovasi penggunaan botol bekas di beberapa sekolah untuk dijadikan tempat air mengalir cukup menyita banyak perhatian, ini merupakan salah satu cara atau inovasi yang bisa dimanfaat sekolah untuk menjadikan sekolahnya sehat dan muridnya membiasakan mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun.
Jika diamati dengan baik, ketersediaan tempat atau fasilitas pendukung cuci tangan sudah hampir merata di Jakarta, sosialisasi dan kampanye cuci tangan menggunakan sabun juga semarak dilakukan.
Ini positif untuk sekadar mendidik juga membudayakan cuci tangan yang baik menggunakan sabun kepada murid sekolah agar berdampak tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi keluarga yang ada dirumah.
Membudayakan kebiasaan ini memang perlu ditingkatkan tidak hanya melalui saluran komunikasi seperti sosialisasi tapi juga penguatan aturan di beberapa instansi kerja seperti poster, leaflet ataupun saluran komunikasi lainnya.
Sebagai tenaga kesehatan yang senantiasa bergelut dalam aksi cuci tangan setiap melaksanakan kegiatan keperawatan baik di rumah sakit maupun di komunitas seperti sekolah dan pos pelayanan terpadu yang ada di masyarakat, penulis ingin sekedar memberikan beberapa tips agar kebiasaan ini tetap berlanjut bagi kita semuanya.