Mereka dibebani tanggungjawab yang terlalu besar urusan domestik, anak merasa ingin memiliki privacy dan kebebasan. Sementara orang tua berpikir semua jenis tanggung jawab yang dibebankan akan menjadi bentuk pembelajaran.
Ketidakharmonisan komunikasi, dan beda persepsi ini, ternyata berimbas pada sikap anak-anak di sekolah menjadi cenderung membangkang dan tidak patuh disekolah.Â
Dalam situasi ini kondisi akan makin memburuk jika para guru juga tidak memahami bagaimana sisi psikologis masing-masing siswanya.
Padahal pemahaman terhadap kondisi seperti ini menjadi salah sau jalan tengah yang mempermudah kita mencari solusi. Inilah yang sering tidak sinkron atau diabaikan oleh guru tertentu yang tidak memahami psikologis dan metode pedagogik yang benar. Kemudian menjadi akar timbulnya masalah seperti kekerasan guru kepada siswa.
Bahkan perhatian seorang guru terlalu yang fokus pada satu anak yang pintar di kelas saja dapat menciptakan kecemburuan, kesenjangan antar siswa. Ini juga sering menjadi problem klasik, yang menyebabkan komunikasi guru dengan siswa lain menjadi buntu.
Anak-anak cenderung bertindak memancing kemarahan guru, sebagai bentuk kekesalan atau pelampiasan ketidakpuasan pada metode mengajar atau pendekatan yang dilakukan dalam menyelesaikan konflik di kelas atau di sekolah.
Semoga kita menemukan solusi terbaik untuk masa depan pendidikan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H