Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahkan Seekor Anjing Pembunuhpun Juga Punya Hati

23 Januari 2023   21:00 Diperbarui: 27 Januari 2023   20:03 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber lukisan-riviere, briton 

Kita juga sering terjebak dalam pertemanan karena solidaritas, meskipun kita menyadari pengaruh buruknya. Mengapa kita tak mencoba menemui orang-orang baru, menyerap kebaikan dan pengalaman hidup yang baru, yang mungkin bisa membuka pemikiran dan cakrawala baru kita tentang "dunia baru" yang berbeda?.

Motivasi #4 Jangan Paksakan Untuk Mengerti

sumber foto-Grid.ID
sumber foto-Grid.ID

"Hanya karena kamu mencintai mereka, bukan berarti mereka tepat buat kamu". Anak saya suatu hari mengeluh , Ia bilang, teman-teman "baiknya" berusaha menjauhinya karena ia berusaha masuk OSIS dan terlibat didalamnya. 

Menurut para "sahabatnya" keputusannya itu dianggap sesuatu yang salah. Jadi saya katakan, berusahalah untuk tetap bersikap baik seperti biasa. Berusahalah untuk tak selalu bercerita belebihan tentang aktifitasmu, untuk menjaga hati mereka.

Tapi jika mereka tetap bersikap menolak, apa mungkin untuk mencari sahabat baru?. Jika memutuskan untuk mundur karena mereka, artinya itu bukan sebuah dampak yang positif untuk perkembangan sosialnya.

PIlihannya memang sulit, kehilangan teman, atau menemukan pengalaman baru yang mungkin bisa berguna di waktu yang berbeda.

Motivasi #5 Tak selamanya Hari Buruk

sumber foto-pikiran rakyat
sumber foto-pikiran rakyat

Ketika mengajar di sebuah kelas kreatif, saya baru menyadari bahwa beberapa anak didik yang ikut dalam kelas tersebut ternyata berasal dari keluarga yang bermasalah. Barangkali karena hubungan itu mereka memiliki kegiatan eskul yang sama.

Di sela waktu senggang sebagian mereka curhat tentang orang tuanya, rumahnya, adiknya, anggota keluarga lain. Termasuk waktu 24 jam yang tak cukup untuk keluarga mereka agar dapat berkumpul dan saling menyapa.

Mood dan perasaan itu terbawa-bawa hingga ke kelas. Maka sebenarnya menjadi pemandangan biasa, jika di kelas, di sekolah selalu ada saja anak bermasalah. Karena latar belakang "rahasia" seperti halnya anggota kelas kreatif tersebut. Mereka butuh perhatian yang berbeda. Namun hal inilah yang sering disalahpahami oleh para guru yang tidak memahami psikologis siswa.

Kemarahan guru menjadi mudah terpancing, anak-anak bereaksi menjadi pembelot dan pembangkang, sementara seluruh hal yang negatif hanya terlihat di permukaan. 

Bahwa seberat apapun masalah pastilah ada jalan keluarnya, meskipun harus melalui proses. Seperti kata orang bijak, "Bahkan hari yang burukpun hanya 24 jam", dan esok telah menjadi hari yang lain, dan semoga menjadi hari yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun