Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Kamu Baperan Sih", Jangan Sepelekan Bullying Verbal!

22 Januari 2023   10:54 Diperbarui: 27 Januari 2023   11:14 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, bullying verbal harus ditanggapi dengan serius. Pasalnya, penelitian menunjukkan bahwa intimidasi verbal dan ejekan dapat meninggalkan luka emosional yang bisa memengaruhi kejiwaan korban. Sebagian korban akan mengalami tekanan mental. 

Agresi relasional 

sumber foto: piradionet
sumber foto: piradionet
Anak saya pernah dikucilkan oleh teman-teman karena dianggap lebih aktif dari mereka dalam kegiatan eskul, meskipun hanya dilakukan secara verbal, ternyata berdampak buruk. 

Suatu ketika anak saya sempat menangis karena mendapat ancaman akan ditinggalkan oleh teman-temannya. 

Namun ia dapat meyakinkan dirinya sendiri, setelah kami bantu menjelaskan beberapa pilihan solusi, salah satunya meninggalkan kegiatan eskulnya demi para sahabatnya. Dan hingga saat ini, tetap aktif di eskulnya.

Ini adalah salah satu bentuk dari agresi relasional. Tipe bully yang biasa dilakukan oleh anak di usai pra-remaja dan remaja, dengan cara menyakiti korbannya dengan memanipulasi, mengejek dan menghina, hingga menyebarkan rumor, dan membuat korban dikucilkan diantara teman-temannya.

Tipe bully ini dimaksudkan untuk menunjukkan kekuasaan seseorang dengan cara mengendalikan orang lain. Jenis ini juga sulit dideteksi karena terjadi di luar jangkauan orang tua, dan dianggap hanya salah paham biasa.

Cyberbullying

sumber foto: kompas.com
sumber foto: kompas.com
Penggunaan media seperti internet, smartphone, dan teknologi memungkinkan timbulnya kekerasan jenis ini. Melibatkan perangkat teknologi sebagai medium serangan kekerasaannya.

Cyberbullying adalah bullying yang melibatkan teknologi untuk menindas dan mempermalukan korbannya. Dalam Cyberbullying juga dikenal istilah yang disebut cyber-harassment atau cyberstalking, kekerasan yang melibatkan orang dewasa wujud tindakannya berbupa menyebarkan foto menyakitkan, mengancam di dunia maya, hingga mengirimkan pesan yang menyakitkan. 

Anak-anak yang memiliki akses dengan internet berpeluang menjadi korban. Sehingga menjadi polemik tersendiri di sekolah. Apakah pihak sekolah mengizinkan anak-anak untuk membawa smartphone atau tidak, karena sudah menjadi bagian dari kebutuhan pembelajaran di sekolah, terutama sejak sisitem belajar daring diberlakukan, termasuk untuk anak di jenjang sekolah dasar.

Cyberbullying tentu sangat rentan terjadi pada anak dan remaja yang aktif menggunakan internet. Belum lagi, penyebarannya pun akan lebih mudah, karena pelaku bully dapat menyiksa korbannya tanpa perlu takut tertangkap.

Bullying seksual

sumber foto: jeff hampton
sumber foto: jeff hampton
Kejahatan jenis ini justru semakin marak sejak penggunaan smartphone menjadi salah satu medium belajar anak-anak di sekoah. Sebabnya karena akses yang semakin mudah dan orang tua yang semakin permisif dalam penggunaannya.

Bentuk kejahatannya berupa tindak kekerasan dengan menindas korbannya secara seksual, seperti dengan mengomentari secara seksual, melakukan gestur vulgar, termasuk menyentuh tanpa izin. Dan sejak lama anak-anak diajarkan untuk berteriak dan memberontak jika hal ini terjadi, tidak boleh tinggal diam.

Wujud lainnya berbentuk pelecehan seksual, baik verbal maupun fisik. Sexting juga bisa menyebabkan bullying jenis ini. Karena bisa saja seorang remaja akan menyebarkan foto vulgar pacarnya jika putus. Hasilnya, bullying pun terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun