Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Kamu Baperan Sih", Jangan Sepelekan Bullying Verbal!

22 Januari 2023   10:54 Diperbarui: 27 Januari 2023   11:14 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying pada anak dan remaja (Freepik)

Sepulang sekolah anak saya bercerita tentang seorang temannya yang selalu dibully di sekolah. Saya sempat tanyakan apakah sekolah tidak bereaksi. Katanya masalah ini belum pernah bocor ke pihak sekolah. Korban bullying itu bercerita, bahwa bukan kali ini saja ia mengalami perundungan, tapi sejak ia bersekolah di sekolah dasar. Meski tidak mengatakan kebal, tapi ia bilang sudah terbiasa dengan banyak perlakuan itu.

Apa yang menakutkan dari si korban menurut penuturan anak saya adalah sifatnya yang labil. Ia menjadi temperamental pada satu waktu dan di waktu yang lain ia menjadi pendiam. Pada saat ia menjadi "jahat" ia seolah menjadi pribadi yang berbeda. Seperti bomb waktu yang bisa meledak.

Saya membayangkan, jika ia bisa menjadi pelaku tindak kekerasan yang lebih kejam dari para penganggunya, karena amarah yang tersembunyi yang bisa meledak seketika.

Orang tuanya di rumah barangkali tak pernah menyadarinya karena ia mungkin berlaku sebagai anak pendiam, atau sebaliknya menjadi anak yang gampang tersulut amarah.

Wujud Bullying

sumber foto: CNN Indonesia
sumber foto: CNN Indonesia

Banyak orang beranggapan, termasuk para orang tua bahwa bullying adalah tindakan kekerasan yang melibatkan penyiksaan fisik terhadap seseorang. 

Jika suatu ketika anaknya mengadu karena teman sekolahnya mengejeknya, barangkali orang tuanya akan bersikap biasa saja dan memberi sekedar nasehat. Bisa jadi itu disebabkan karena ulahnya sendiri.

Padahal, tidak semua bullying sama. Setiap pelaku bully memiliki cara menindas dan mengintimidasi korbannya dengan cara berbeda. Beberapa anak yang licik, akan menyerang korbannya secara tidak langsung, sementara beberapa lainnya menyerang targetnya secara langsung dalam bentuk serangan fisik maupun verbal.

sumber foto: pikiran rakyat
sumber foto: pikiran rakyat

Ketika seorang guru menyerang anak saya di sekolah, saya sampaikan jika saya akan bertemu langsung dengan guru tersebut, namun anak saya melarang. Ia mengkuatirkan "balasan" dari si guru. Jika tidak menyerang secara verbal, barangkali akan menyerang anak saya dengan memanipulasi nilai sebagai balasannya.

Akhirnya saya menggunakan pendekatan melalui teman saya yang juga guru di sekolah tersebut, untuk mengingatkannya secara tidak langsung, seolah tidak ditujukan kepadanya, namun informasinya bisa didengar.

Agar menjadi perhatian untuk kita semua, orangtua juga perlu mengetahui tentang berbagai tipe bullying agar bisa membantu anaknya memberikan jalan keluar dalam setiap situasi yang dihadapinya, dan tidak bertindak masa bodoh. Atau salah dalam memberikan mediasi.

Bullying fisik

sumber foto: gramedia.com
sumber foto: gramedia.com
Ini adalah bentuk perundungan yang paling mudah dideteksi, apalagi jika sampai menimbulkan efek berupa luka karena sakit yang terlihat tandanya. 

Para pelaku bullying menggunakan tindakan fisik untuk mengendalikan dan mengintimidasi korbannya. Umumnya, pelaku bullying fisik memiliki tubuh lebih besar, lebih kuat, dan lebih agresif dibanding teman sebayanya. 

Apalagi jika pelaku berkelompok dalam sebuah gank. Tindakannya tentu saja menggunakan fisik, apapun bentuknya termasuk mendorong. Jenis inilah yang awalnya dijadikan standar atau patokan bentuk dari kekerasan.

Sekolah harus bertindak berhati-hati dalam menangani kasus bullying fisik, karena kesalahan dalam melakukan mediasi justru akan berdampak makin buruk. 

Korban bullying, akan menjadi lebih tertutup, jika setelah mediasi gagal dan korban mendapat serangan lebih masif dari si pelaku.

Sehingga pada serangan berikutnya ia tak akan lagi mengadu ke sekolah atau orang tuanya., karena takut pada dampaknya. Dalam situasi ini korban menjadi pribadi yang sangat labil dan berbahaya untuk melakukan tindakan nekat.

Bullying verbal

sumber foto: jovee
sumber foto: jovee

Karena pelaku menggunakan kekerasan verbal, seperti hinaan dan makian untuk menindas korbannya, agak sulit untuk dideteksi dan dibuktikan. 

Apalagi jika korbannya memang berkekurangan secara fisik, atau mengalami kelemahan. Termasuk karena kondisi sosial ekonomi yang mengalami kesenjangan.

Sebagian menganggap bahwa bullying verbal adalah bentuk candaan, meskipun jika bentuknya seperti body shamming karena fisik, jelas merupakan tindak kejahatan, namun sebagian masih dianggap biasa.

Padahal, bullying verbal harus ditanggapi dengan serius. Pasalnya, penelitian menunjukkan bahwa intimidasi verbal dan ejekan dapat meninggalkan luka emosional yang bisa memengaruhi kejiwaan korban. Sebagian korban akan mengalami tekanan mental. 

Agresi relasional 

sumber foto: piradionet
sumber foto: piradionet
Anak saya pernah dikucilkan oleh teman-teman karena dianggap lebih aktif dari mereka dalam kegiatan eskul, meskipun hanya dilakukan secara verbal, ternyata berdampak buruk. 

Suatu ketika anak saya sempat menangis karena mendapat ancaman akan ditinggalkan oleh teman-temannya. 

Namun ia dapat meyakinkan dirinya sendiri, setelah kami bantu menjelaskan beberapa pilihan solusi, salah satunya meninggalkan kegiatan eskulnya demi para sahabatnya. Dan hingga saat ini, tetap aktif di eskulnya.

Ini adalah salah satu bentuk dari agresi relasional. Tipe bully yang biasa dilakukan oleh anak di usai pra-remaja dan remaja, dengan cara menyakiti korbannya dengan memanipulasi, mengejek dan menghina, hingga menyebarkan rumor, dan membuat korban dikucilkan diantara teman-temannya.

Tipe bully ini dimaksudkan untuk menunjukkan kekuasaan seseorang dengan cara mengendalikan orang lain. Jenis ini juga sulit dideteksi karena terjadi di luar jangkauan orang tua, dan dianggap hanya salah paham biasa.

Cyberbullying

sumber foto: kompas.com
sumber foto: kompas.com
Penggunaan media seperti internet, smartphone, dan teknologi memungkinkan timbulnya kekerasan jenis ini. Melibatkan perangkat teknologi sebagai medium serangan kekerasaannya.

Cyberbullying adalah bullying yang melibatkan teknologi untuk menindas dan mempermalukan korbannya. Dalam Cyberbullying juga dikenal istilah yang disebut cyber-harassment atau cyberstalking, kekerasan yang melibatkan orang dewasa wujud tindakannya berbupa menyebarkan foto menyakitkan, mengancam di dunia maya, hingga mengirimkan pesan yang menyakitkan. 

Anak-anak yang memiliki akses dengan internet berpeluang menjadi korban. Sehingga menjadi polemik tersendiri di sekolah. Apakah pihak sekolah mengizinkan anak-anak untuk membawa smartphone atau tidak, karena sudah menjadi bagian dari kebutuhan pembelajaran di sekolah, terutama sejak sisitem belajar daring diberlakukan, termasuk untuk anak di jenjang sekolah dasar.

Cyberbullying tentu sangat rentan terjadi pada anak dan remaja yang aktif menggunakan internet. Belum lagi, penyebarannya pun akan lebih mudah, karena pelaku bully dapat menyiksa korbannya tanpa perlu takut tertangkap.

Bullying seksual

sumber foto: jeff hampton
sumber foto: jeff hampton
Kejahatan jenis ini justru semakin marak sejak penggunaan smartphone menjadi salah satu medium belajar anak-anak di sekoah. Sebabnya karena akses yang semakin mudah dan orang tua yang semakin permisif dalam penggunaannya.

Bentuk kejahatannya berupa tindak kekerasan dengan menindas korbannya secara seksual, seperti dengan mengomentari secara seksual, melakukan gestur vulgar, termasuk menyentuh tanpa izin. Dan sejak lama anak-anak diajarkan untuk berteriak dan memberontak jika hal ini terjadi, tidak boleh tinggal diam.

Wujud lainnya berbentuk pelecehan seksual, baik verbal maupun fisik. Sexting juga bisa menyebabkan bullying jenis ini. Karena bisa saja seorang remaja akan menyebarkan foto vulgar pacarnya jika putus. Hasilnya, bullying pun terjadi.

Bentuk lainnya adalah catcalling, istilah ini mengacu pada perilaku pria yang suka menggoda wanita di jalan. Biasanya dengan siulan, kata-kata rayuan, hingga yang bernada menggoda dan mengancam. Apalagi jika pelakunya berkelompok, maka peluang melakukan catcalling lebih besar lagi.

Prejudicial bullying 

sumber foto: verywell family
sumber foto: verywell family
Penggunaan orientasi seksual berbeda, menindas orang lain yang memiliki ras, dan agama yang berbeda. Jenis bullying ini dapat berbentuk verbal, agresi relasional, fisik, cyberbullying, hingga seksual. 

Jenis bullying ini akan menjadi serius dan mengarah ke ujaran kebencian. Karena itu, setiap ada korban yang dibully karena orientasi seksual, ras, ataupun agamanya, perlu dilaporkan.

Dalam kondisi dan situasi dimana perbedaansemakinmenyolok, peluang terjadinya kekerasan jenis ini akan semakin menguat, konon lagi saat tahun-tahun politik. Beda aliran, beda orientasi politik bisa bikin orang gelap mata, memainkan kekerasan, baik fisik maupun verbal.

Dengan beragam bentuk tentu saja menjadi catatan tersendiri bagi setiap orang, terutama para orang tua yang memiliki putra-putri dengan aktifitas dan kegiatannya melibatkan relasi dengan orang lain.

Semakin banyak tahu dan memahami kita semakin terbantu ketika harus menemukan solusi terbaik ketika anak-anak mendapat masalah bullying dalam apapun bentuknya.

Termasuk menjadi bentuk kewaspadaan kita dalam memberikan kebijakan terhadap anak untuk mengakses smartphone, sekalipun untuk kegiatan proses belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun