Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena "Andien" Pamit, Ada Apa Dengan Sinetron Kita?

22 Januari 2023   18:51 Diperbarui: 24 Januari 2023   17:04 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya ada hal menarik dari pamitnya Amanda Manopo dari sinetron Ikatan Cinta yang telah dibintanginya selama dua tahun. Bukan pada persoalan gosip murahan cinlok, atau ketidakcocokan antar pemain, maupun urusan pribadi, tapi lebih pada keterkejutan mentalnya pada konsep sinetron Indonesia.

Teryata tidak mudah baginya selama dua tahun memerankan karakter Andin. "Ternyata enggak gampang ngelakonin peran yang berenangnya tuh di konsep cerita yang seluas ini," tutur Amanda.

sumber foto-grid star
sumber foto-grid star

Cerita yang terus berlarut-larut dalam plot nyaris tak bergerak dari konflik ke konflik yang berpusar pada intrik internal keluarga. Bisa dikatakan sinetron ini menjadi terlalu bertele-tele. Barangkali ada keyakinan dari si produser bahwa selama masih memiliki rating, artinya masih memiliki penonton.

Dan itu juga berkorelasi dengan seberapa besar iklan yang masuk. Dengan kata lain, meskipun para penonton kritis sudah sejak lama meninggalkan setiap episode-episode baru, namun penonton yang baru bergabung juga tak berkurang.

Teman saya sering nanya ke istrinya, apa si Andin masih musuhan sama Elsa, atau Elsa masih belum jera juga jadi tokoh antagonis. Ceritanya meskipun tak bisa ditebak dengan jelas, tapi karena selalu berulang pada konflik internal keluarga yang tak kunjung selesai membuat cerita ini menjadi sekedar sinetron karena masih menjadi "mesin" penggaet iklan.

Core Sinetron Indonesia vs Korea

sumber foto-99.c0
sumber foto-99.c0

Jika merujuk pada keberadaan drama televisi asal negeri ginseng Korea, banyak drama atau sinetron yang begitu menggoda penonton untuk mendapatkan cerita sambungan atau sekuel, namun si sutradara maupun produsernya lebih memilih untuk menyelesaikan hingga pada akhir cerita sesuai skenario yang tak dibuat panjang bertele-tele, dan selanjutnya selesai.

Para produser kemudian membuat sinetron baru lainnya dengan cerita lain yang berbeda. Mereka merasa tertantang jika dapat membuat banyak jenis sinetron namun mendapat perhatian yang sama besarnya dari sinetron sebelumnya. Nama besar sutradara menjadi jaminan sebuah sinetron akan mendapat penonton yang sama besarnya. 

Dan dengan kemasan cerita berupa plot yang sama serunya. Bahkan sesekali membuat drama dalam versi happy ending dan sad ending untuk mempengaruhi mood penonton, agar tak jenuh pada ending yang sama.

Namun dengan cara itu penonton justru merasa memiliki pengalaman menonton dan menikmati banyak versi cerita sebagai sajian yang tidak membosankan.

Bandingkan dengan sinetron Indonesia, seperti halnya Ikatan Cinta. Meskipun saya bukan penonton fanatik sinetron, namun karena televisi berada di ruang sejangkauan perjalanan diantara ruang-ruang di rumah, maka sesekali nimbrung menikmatinya bersama keluarga.

sumber gambar-popmagz.com
sumber gambar-popmagz.com

Sejak pertama kali mendengar sinetron ini ditayangkan, kemudian akan berakhir pada bulan ramadhan dua tahun lalu, sebagai penonton kami menduga setelah Elsa, adik Andin terbongkar sebagai pembunuh adik  Aldebaran, maka berakhirlah sinetron tersebut dengan dipenjarannya Elsa.

Ternyata tidak, bahkan hingga dua tahun kemudian sinetron masih berlangsung dan masih berputar pada konflik kebencian Elsa terhadap kakaknya karena banyak persoalan.

Apa yang bisa ditangkap dari realitas itu, sinetron kita seolah tak dirancang untuk menjadi sebuah tontonan yang sekedar keren secara sinematik, dengan plot yang tidak terduga, atau akan berakhir sesuai dengan skenario dengan konflik terbaik. Untuk sinetron Ikatan Cinta, diakhir babak cerita pertama, setidaknya sudah hampir 200 episode tayang. Dan itu sudah cukup panjang, namun karena didorong rasa penasaran pada akhir nasib Elsa, maka penonton bersedia berkerumun di depan layar setiap harinya untuk mengobati rasa penasaran.

Nyatanya hingga dua tahun kemudian, telah memasuki episode  ke 992 pada akhir tahun 2022.  Selama itu para pemain utama bergantian keluar, setelah sebelumnya Arya Saloka kini Amanda Manopo menyusul dan masuk pemain pengganti lainnya. Dan kelak akan ditutup pada episode ke-1000 sudah dengan banyak emain pengganti yang baru.

Barangkali ada penonton yang akan merasa gembira karena sinetron yang panjang dan membosankan akhirnya berakhir dari layar kaca.

Sinetron Iklan

sumber foto-quora
sumber foto-quora

Tak ada yang memungkiri bahwa "nyawa" sebuah stasiun televisi adalah rating dan iklan. Sebuah sinetron yang berhasil memikat penonton artinya juga berhasil "mengajak" pengiklan untuk masuk.

Kontradiksi antara menyajikan sinetron bermutu dan iklan yang yang tinggi kemudian berakhir pada kualitas tontonannya itu sendiri. Sinetron, drama menjadi bertele-tele. Lain halnya seperti film ada sekuelnya. Meski dengan tokoh yang sama namun inti cerita dalam setiap sekuelnya harus benar-benar membawa cerita baru.

Ketika pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) resmi menghentikan siaran TV Analog atau Analog Switch Off (ASO) pada 2 November 2022, langsung menuai pro kontra. Terutama dari para pemilik stasiun televisi swasta. Mengapa?. 

Hampir sebagian besar pemilik televisi analog berada di daerah pinggiran, mencakup penonton yang segmentasinya menengah-bawah. Mereka menjadi penonton yang setia, karena media televisi masih dianggap efektif sebagai sarana hiburan murah yang daat menjangkau kelompok tersebut. Sedangkan kelompok atas, memiliki lebih banyak pilihan dari segi tontonan maupun media menontonnya.

sumber ilustrasi-liputan6.com
sumber ilustrasi-liputan6.com

Dengan dilakukannya ASO, maka televisi non digital menjadi hilang kemampuannya menangkap sinyal, bahkan hilang sama sekali. Diperkirakan 60 persen warga jabodetabek terkena imbasnya. Apa imbasnya bagi televisi?. Sekali lagi ini berkaitan dengan hilangnya konsumen iklan.

Dengan beberapa sinetron unggulan seperti Ikatan Cinta berada di satu stasiun televisi swasta, ASO memberi dampak yang signifikan. Komposisi pengiklan di jam-jam sibuk dan terpadat (prime time)  penontonnya menjadi berkurang. Para pengiklan tentu juga tak mau rugi jika iklan mereka yang berbayar sangat mahal hanya ditonton oleh sedikit penonton.

Kisaran biaya pasang iklan TV nasional mulai dari Rp14 juta hingga Rp100 juta dengan durasi sekitar 30 detik. Jam tayang iklan yang ada di TV dibagi menjadi dua yakni daytime dan prime time. Jika pemasang iklan memilih di prime time, di beberappa sinetron sekaligus, maka wajar jika dalam satu malam menurut sebuah sumber, televisi swasta bisa meraup Rp.1 Triliun. Angka yang fantastik.

Dan sinetron seperti Ikatan Cinta pada akhirnya menjadi sebuah "mesin iklan" belaka daripada tuntutan menghadirkan sinetron berkualitas. Maka tokoh utama tiba-tiba amnesia, buta, adalah pilihan yang sudah biasa. Termasuk ketika sinetron juga memberi pembelajaran buruk, sebuah perbuatan atau tindak kejahatan seolah tak dapat terdeteksi sehingga pelaku seolah tak dapat terjangkau hukum. Dan seperti biasa, para polisi akan datang saat pemain utama "menyelesaikan" semua masalahnya.

Tayangan Berkualitas

sumber ilustrasi-wahana news-garin nugroho
sumber ilustrasi-wahana news-garin nugroho

Menjadi tantangan tersendiri bagi dunia sinematografi dan para sutradara maupun produser untuk patuh pada pakem kualitas sebuah suguhan, apapun bentuknya. Maka para sineas dan sutradara beken seperti sulit untuk masuk ke dalam sinetron-sinetron kita. Bisa jadi karena mahal diongkos, tapi bisa jadi karena para sutradara tersebut memiliki idealisme karya daripada urusan cuan.

Ketika kepentingan modal dan konsumerisme menjadi ukuran, akan sama artinya dengan mematikan kreatifitas yang bukan sekedar membuat sebuah film atau sinetron berpanjang-panjang, tai juga tak memenuhi kaedah kualitas.

Hal itu adalah sebuah pilihan yang sangat sulit. Maka bisa kita lihat, meskipun karya para sutradara kondang hanya bermain di festival-festival film, tanpa kerumunan penonton, namun kualitas dan kepuasan ada di dalam karya mereka.

sumber fotosonira.id
sumber fotosonira.id

Barangkali jika seorang sutradara kondang sudah kehabisan segalanya , barulah ia akan mampir ke stasiun televisi, sekedar membuat sinetron sekelas FTV yang singkat, padat dan ringkas. Atau jika perlu menyambung sekuel sinetron Ikatan Cinta berapa ribu episode seperti maunya si pendana acara. Tapi itupun pasti syulit sekali!.

referensi:1,2,3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun