Sementara di Indonesia, negara dengan dua musim penghujan dan kemarau, intensitas dan kondisinya berbeda dengan 4 musim yang terjadi di wilayah Eropa.
Rumah tradisional
Jika kita cermati, mengapa rumah di Indonesia secara umum memiliki konstruksi yang jauh dari konsep minimalis, sebenarnya telah disesuaikan dengan kondisi cuaca dan musim yang ada di daerah Khatulistiwa.
Maka pemandangan yang umum adalah dinding bangunan rumah, dibatasi atau dilindungi dengan atap berupa genteng atau seng yang menjorok jauh melampui dinding bangunan.
Fungsinya selain untuk mengamankan jendela dari terpaan air hujan, menghalangi terik yang dapat langsung menembus dinding dan masuk ke kamar sebagaimana bangunan berkonsep minimalis.
Kami juga menyadari bahwa konsep minimalis secara total dalam sebuah bangunan juga menjadi salah satu 👍penyebab mengapa rumah atau bagian rumah tertentu mendapat intensitas cahaya yang berlebih sehingga menyebabkan area didalam rumah menjadi panas.
Rumah minimalis sebagian besar juga didominasi oleh bangunan dengan komposisi kaca yang luas. Terutama di area tertentu seperti ruang keluarga. Penggunaan kaca sebenarnya dimaksudkan agar kita tak perlu menggunakan pencahayaan habis-habisan sepanjang waktu.
Ruang terbuka dengan bantuan kaca memungkinkan rumah mendapat sinar yang cukup sehingga tidak memerlukan lampu dalam waktu tertentu termasuk ketika mendung atau hujan, karena cuacanya cenderung gelap .
Konsep ini berkaitan dengan harapan kita untuk dapat menghemat penggunaan lampu, dan hemat energi dalam jangka panjang. Namun efek yang tidak disadari adalah meningkatnya suhu di dalam ruang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!