ilustrasi-kucingbatman-wallpaper better
Kucing itu aku pelihara sejak pandemi 2019. Kucing itu kuberi nama Garong. Tapi supaya tak menyinggung perasaannya aku memanggilnya Rong-Rong. Kucingku sempat tanya, kenapa aku memanggilnya Rong-Rong. Jadi aku jawab ya Rong-Rong saja, tak ada tendensi apa-apa. Tapi kucingku tetap ngotot, sampai suatu hari anak-anak tetangga sebelah rumah datang dan memanggil kucingku Garong!...Garong, dengan suara sedikit keras.Â
Rong-Rong yang sedang tidur di beranda atas rumah, segera turun, bukan untuk memenuhi panggilan anak-anak, tapi menelusur di kakiku, seperti mengelus, tapi matanya menatapku dengan pandangan aneh.
Jadi itu alasan kamu memanggilku Rong-Rong?, tanyanya dengan perasaan jengah dan jengkel.
Aku yang terjebak situasi tak bisa mengelak cuma bisa tersenyum sambil mengalihkan pandangan ke dinding seolah tak mendengar pertanyaannya.
Rong-Rong dengan segera mengigiti kakiku!.
Begitulah Rong-Rong, ia tinggal di rumahku selama "hidupnya", mengapa?. Meski kelahirannya tak kusaksikan aku menerima kehadirannya dengan kegembiraan luar biasa. Entah darimana tepatnya ia datang. Bahkan cerita kematiannya tak pernah ku tahu.
Suatu hari ia duduk berdua dengan seekor kucing betina bernama Olen-lengkapnya Olena Bolehsky. Tak terdengar apapun, apalagi bicara perpisahan, sebuah obrolan kucing biasa, bertanya basa-basi kabar.
Mereka berdua lama duduk, di teritisan rumah menghadap dinding pembatas rumahku dan rumah tetangga yang berlantai dua dengan kayu mahogani berpelitur coklat.
Dan setelahnya, Rong-Rong tak pernah pulang. Bahkan ketika kucari ke toko depan, tempat biasa ia duduk mencakung, menunggu sapaan para pembeli, ternyata juga tak kutemukan.
Pemilik toko bilang, ia juga tak melihat lagi kucing putih "bertopeng" itu, dalam beberapa hari belakangan.
Ia memang terbiasa duduk mencakung didekat pintu masuk toko, atau melakukan ritual bebersih bulu, dan akan berhenti  setiap kali pengunjung masuk, seperti bekerja jadi penjaga toko, pagar ayu yang menyapa para pelanggan.
Dan memang betul akhirnya Rong-Rong lenyap, menghilang!. Menurut Mamakku, begitulah kucing "pergi" tak meninggalkan jejak, hilang begitu saja ketika ia "mati". Mungkin begitulah caranya menjaga hati pemiliknya, agar tak pernah melihatnya "pergi".
Dua bulan lebih tujuh hari setelahnya, suara mengeong kecil muncul dari sudut tumpukan buku-buku di loteng atas. Aku mencari-cari asal suara dan kutemukan tiga ekor kucing mungil. Seekor berwarna putih, satunya berwarna terbalik, dengan muka putih bulu hitam, dan seekor yang paling kecil dan mungkin paling imut.Â
Ajaib!, wajah dan warna bulunya persis sama dengan Garong. Ini copycat atau reinkarnasi menurutku. Garong meninggalkan jejaknya pada kucing mungil itu.
Aku takut, sekali lagi menyinggung perasaan kucing  jelmaan Garong mungil itu, jadi aku kini memanggilnya "Batgirl" meski ia bukan kalelawar.
Aku pikir ia akan suka karena Batgirl seorang superhero wanita keren. Tapi aku salah, bahkan sejak ia bisa membuka mata, tatapan pertamanya kepadaku begitu aneh. Apalagi panggilan pendeknya "bat".
Memangnya aku "kalelawar" katanya mendengus marah. Ia pemarah seperti Garong.
Jadi aku harus memanggilmu apa? Kucing bertopeng!.Â
Mengapa kamu tak berusaha bersikap manis saja, misalnya dengan memanggilku Gilkey---si pencuri yang cool itu katanya.
Memangnya kamu tahu apa soal Gilkey---si pencuri buku yang satu itu kataku.Â
Tahu ajalah, kepo aja!, katanya cuek.
Padahal Gilkey karya Allison Hoover Bartlett itu buku yang berkisah tentang seorang laki-laki yang berimajinasi menjadi seorang pencuri buku, detektif amatir, yang terobsesi dengan dunia kesusastraan.
Aku baru ngeh ketika kulihat di tumpukan didekat tempat tidurnya, kulihat buku itu teronggok disana didekatnya. Aku tertawa, dan si Gilkey merasa merasa tawaku terdengar aneh.Â
Memangnya kenapa?, tanyanya---jadi itu alasannya, kataku sambil sudut mataku "menunjuk" ke buku Allison. Gilkey, mengeong tanda setuju.
Baiklah, mulai hari ini, namamu GILKEY!. Dan aku memanggilnya "key".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H