Begitupun, disisi lain Ratu Elizabeth II dikenal sebagai pribadi yang  kompromis saat berinteraksi dengan publik. Bahkan dalam salah satu visual fotografi, Ratu tertangkap kamera melakukan photobomb--masuk ke dalam frame orang ketika sedang berfoto pose secara spontan.
Dan ini adalah sesuatu yang lumrah dilakukannya meski ratu dikenal sangat patuh pada protokol kerajaan.
Ratu Diplomat
Kemampuan Ratu Elizabeth dalam berdiplomasi tak diragukan. Dalam perjalanan panjang, banyak pengamat melihat, Ratu Elizabeth II memiliki kemampuan yang menonjol dalam berdiplomasi, sehingga ia mampu bertahan dan berjalan bersama berbagai perdana menteri Inggris, baik dari Partai Buruh maupun Partai Konservatif.
Stabilitas raja atau ratu itu penting dalam mengawal kerajaan Inggris yang berbentuk monarki konstitusional agar tetap bertahan dan memiliki kharisma secara politis, bukan sekedar simbol saja.
Dalam kelanjutan warisan ratu di bawah Pangeran Charles, jika  seorang raja itu personality-nya lemah, tidak outgoing, tidak ramah, tidak friendly kepada pihak eksternal, akan bisa memengaruhi cara dia menavigasi, mengawal monarki konstitusional  yang selam ini dipegang teguh oleh sang ratu.
Atas kepiawaian dan peran penting itu, Ratu Elizabeth II Â mampu mempersatukan kejayaan Inggris masa lalu dan mempertahankan keberlangsungan Inggris sebagai negara Barat yang kuat, yang dihormati sejak zaman pascaperang dingin hingga era digitalisasi dan globalisasi sekarang. Â
Inilah problem yang akan dihadapi Pangeran Charles saat mewarisi segala "kekuatan dan kharismatik" ibunya. Banyak pihak menilai akan ada perubahan, karena bagaimanapun karakter sangat menentukan bagaimana kebijakan Kerajaan Britania Raya kelak akan dibawa.
Termasuk bagaimana menjaga kewibawaan kerajaan atas negara-negara Persemakmuran Inggris, yakni negara-negara bekas jajahannya yang masih mengakui Ratu Inggris sebagai kepala negara. Mengingat karisma ratu memiliki relevansi dengan memori kolektif yang kuat melalui upaya Persemakmuran atau Commonwealth, sehingga meninggalnya Ratu Inggris dirasakan sebagai kehilangan besar, tidak hanya bagi Inggris tapi juga 54 negara Persemakmuran .