Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ketika Kritisme Publik Menguap, Menunggu Bjorka Bertindak

12 September 2022   21:00 Diperbarui: 17 September 2022   19:40 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan saja, betapa kagetnya publik atas kemunculan diagram kejahatan yang diorganisir oleh kelompok layaknya mafia dan didalamnya terlibat para polisi senior--lepas dari benar atau tidak, itu menjadi catatan publik, bahwa institusi itu telah tercemar oleh oknum.

Kapolri berjuang ekstra keras dengan segala kesabaran dan kebijakannya untuk memutuskan apa langkah terbaik yang harus dilakukan Polri. Apa wujud reformasi berikutnya, apakah harus dimulai dari nol, bagaimana memberishkan institusi POlri dari "benalu" jahat yang menghisap kepercayaan publik yang selama ini semakin tumbuh, tapi hilang dalam sekejap.

Peran publik terhadap pemerintah tergambarkan secara umum, dalam jajak pendapat Kompas cukup menarik menjadi kajian. Seperti hasil jajak pendapat dalam Litbang Kompas pada 23-26 Agustus 2022, bahwa mayoritas publik (60,8 persen responden) menganggap pengawasan atau kontrol masyarakat terhadap jalannya pemerintahan semakin baik. Hanya 35 persen yang menyatakan sebaliknya dan ada 4,2 persen yang menjawab tidak tahu. 

Ada tiga bentuk pengawasan yang lazim dilakukan masyarakat sipil, dan yang dianggap paling efektif adalah kebebasan dalam mengekspresikan pemikiran atau pendapat di berbagai platform . Ada 81,5 persen responden yang menyatakan bentuk tersebut efektif dan sangat efektif, sedangkan terdapat 14,4 persen responden yang menyatakan tidak efektif atau sangat tidak efektif.

Jawaban ini ada kaitan dengan adanya kekhawatiran publik soal kebebasan berpendapat masih diintai oleh jeratan pasal-pasal dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, karena kasus penangkapan terkait UU ITE menjadi momok yang menakutkan, barangkali dalam kasus Sambohal sama juga bisa terjadi.

Masihkan Publik Punya Peran?

Menunggu babak akhir kasus Sambo yang semakin "membosankan" dengan cerita yang makin tidak jelas dalam artian skenario yang semakin aneh, perlakukan para tersangka yang melukai keadilan. Atau yang paling fatal begitu mudahnya skenario berubah, tapi berdasarkan pernyataan para tersanga utama yang bahkan kejujuran nuraninya diragukan setelah kebohongan beruntun sebelumnya.

Harapan pada RE dan RR kini semakin didukung publik, meskipun dalam faktanya peran mereka seolah dikecilkan. Tak terlihat bagaimana respon publik menanggapi bagaimana emosional dan depresinya RE ketika dalam rekosntruksi ternyata banyak fakta yang tidak sesuai. Apalagi ia berada dalam lingkaran tersangka utama dan di lokus kejadian.

Apa yang menjadi keberatannya semestinya menjadi hal yang harus dipegang oleh Polri, bahwa itulah fakta yang tidak terkontaminasi oleh kepentingan. Kita bisa lihat bagaimana dalam rekonstruksi, RE memejamkan mata, ketika memperagakan posisi menembak Brigadir Joshua.

Apa kira-kira yang ada di bayangannya ketika itu, sedihkah, depresi-kah, ditambah pernyataan dari tersangka lain. Apakah ia membantah keras para bos besarnya yang berstatus tersangka?.

Apakah ia mendapat tekanan atas nama korsa, daripada mendorong kasus pada kebenaran.

Bagaimana publik bisa membantu RE dan RR menemukan kebenaran. Masihkan publik di dengar suaranya. Dipenuhi rasa penasaran, apakah sidang menjadi keputusan akhir, ketia fakta yang saat ini tak dipublish akan menjustifikasi kebenaran skenario para tersangka dan membenarkan tuduhan tentang adanya dugaan pelecehan.

Publik saat ini kuatir, persidangan hanya akan menjadi arena permainan--formalitas belaka. Dalam keprihatinan mendalam, terbersit pikiran--apa perlu menghiba pada Bjorka--bocorkan saja rahasia--terutama motifnya ?. Tapi apa bisa?.

referensi; 1,2,3, 4,5,6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun