Pernyataan berikutnya juga datang dari Ronny Talapessy, pengacara Bharada Eliezer dalam pernyataan kepada media, bahwa kliennya Bharada E tidak mengetahui motif, atas dugaan adanya kejadian hubungan intim antara PC dan KM.
Dalam reka adegan rekonstruksi di Magelang terdapat temuan baru, ketika Brigadir Joshua, PC dan RE sedang menonton televisi di ruang keluarga, kemudian PC merasa tidak enak badan, lantas Brigadir J dan RE berinisiatif mengangkat PC dan memindahkannya ke tempat tidur. Namun saat kejadian itu KM melarangnya, dengan alasan tidak senonoh.
Bisa saja hal itulah yang menjadi dasar KM menyebut adanya tindakan tidak senonoh dari Brigadir J terhadap PC saat di Magelang.
Terkait peristiwa tersebut, Zakirudin Chaniago menanggapi pengacara Deolipa Yumara yang mengatakan ucapannya terkait kasus eks Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo merupakan dugaan semata. Zakirudin melihat Deolipa tidak konsisten terhadap pernyataannya. Tak hanya itu pengacara Kamaruddin Simanjuntak juga dilaporkan terkait hal itu. Zakirudin menjelaskan pihaknya melaporkan Kamaruddin terkait sejumlah pernyataan. Salah satunya terkait sayatan pada jenazah Yosua
Sementara itu Deolipa juga menyebut bahwa terkait isu yang kini dianggap hoaks, ia hanya menyebut itu dugaan, sebagaimana ia peroleh faktanya dari Bharada Eliezer. "Sama kayak Komnas HAM. Saya kan cuma menduga. Komnas HAM kan juga menduga, boleh dong," jelas Deolipa. Deolipa juga menjelaskan ucapannya yang menyinggung isu LGBT terkait dengan kasus ini. "Itu analisa kejiwaan dan perilaku. Saya kan ahli ilmu jiwa dan ilmu perilaku juga," sambungnya.
Hingga saat ini parapihak sedang "berbalas pantun" terkait perkembangan terbaru tersebut. Memang kemunculan dugaan adanya "hubungan intm" antara PC dan KM, jika berlanjut akan mematahkan tuduhan PC soal adanya pelecehan yang dilakukan Brigadir J dan membuat semuanya menjadi "mentah" kembali.
Karena jika fakta itu benar, dapat merubah haluan menjadi adanya dugaan baru bahwa kasus "perselingkuhan" PC dan KM yang secara tidak sengaja terpergok Brigadir J Â itulah yang menjadi biang keladi motif yang berakhir dengan pembunuhan berencana.
ilustrasi gambar Konferensi pers Komnas HAM ungkap foto Brigadir J tergeletak usai ditembak (Anggi/detikcom)
Kedua; Komnas HAM mulai membagikan foto kematian Brigadir J di rumah Saguling yang selama ini tersimpan rapat.Â
Bukti-bukti itu bisa saja menjadi sekedar bukti pendukung biasa, sekalipun menggambarkan kondisi Brigadir J tergeletak 8 jam paska penembakan ketika diawal kasus. Apalagi ketika motif pembunuhan berencana itu tetap didasari kasus pelecehan. Dengan kata lain atas dasar  kesalahan yang dilakukan Brigadir J itulah para tersangka juga menggunakan cara salah dan brutal dengan membunuhnya.
Akan berbeda halnya jika dugaan Deolipa yang terbukti soal adanya "perselikuhan PC dan KM", sehingga atas dasar untuk menutupi perbuatan itu kemudian nyawa Brigadir J dihilangkan dengan bantuan FS Cs.
Artinya bahwa sejak skenario pertama, begitu banyak fakta dan bukti yang sebenarnya sudah dikantongi para pihak yang berurusan dengan kasus ini, namun tidak terekspose ke publik sebagai penguat kasus.