Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Zoonosis Lagi, Kali Ini Monkeypox, Meskipun bukan Monyet Biangnya

23 Agustus 2022   22:30 Diperbarui: 4 September 2022   19:37 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrasi-cacar monyet-suara merdeka

Kali ini monyet yang jadi kambing hitamnya nama penyakitnya. Untungnya ia jenis primata yang tak bisa protes seperti kita. Meskipun sebenarnya cacar monyet dugaan awal penyakit terdeteksi dari anjing peliharaan yang terinfeksi oleh tikus yang berasal dari wilayah Afrika, bukan dari monyet, meskipun namanya cacar monyet alias monkeypox.

Mengapa setelah pandemi Covid-19  beralih menjadi endemi, begitu beruntun munculnya varian baru penyakit. Seolah kita menjadi lebih rentan, atau justru biang penyakit yang semakin imun dan menemukan varian genetik baru.

Ternyata jauh sebelum adanya kehidupan manusia – atau kehidupan lainnya – organisme sel tunggal, bakteri, virus, dan mikro-organisme lainnya sudah ada. Berkembang di atmosfer bumi, terus hidup dan beradaptasi melalui transmisi.

capture-jpg-630a4386e099ec2fb40aa475.jpg
capture-jpg-630a4386e099ec2fb40aa475.jpg
ilustrasi-cacar monyet-vaxcorpindo

Dalam rasa skeptis dan pesimis, saya teringat buku Panic karya Slavoj Zizek, pemikir Slovenia yang produktif sekali menulis dan disebut sebagai filsuf 'kiri' paling ditakuti dunia 'barat' ini, baru saja merilis buku berjudul Pandemic! Covid-19 Shakes the World. Menurutnya kemunculan penyakit berkaitan dengan "persaingan dan motif ekonomi-politik".

Tapi tak perlu dibahas panjang lebar karena sudah menyerempet idiologi kanan  versus kiri dan soal pelik politik lain-lainnya.

ilustrasi -cacar monyet-DW
ilustrasi -cacar monyet-DW

Ini tentang Cacar Monyet

Setelah kalelawar, kemudian sapi, kini giliran monyet jadi biang keroknya. Barangkali kalau menyebut nama manusia, negara atau sesuatu yang bisa memancing SARA, akan menjadi sensitif. Cacar monyet (monkeypox) jenis penyakit yang tergolong zoonosis, yakni penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.

Virus monkeypox atau kita kenal dengan istilah cacar monyet,  menyebar melalui kegiatan kontak langsung dengan pengidap serta terkena bagian tubuh yang terkontaminasi.

Gejalanya, muncul bercak cacar di tubuhnya diantaranya muka, telapak tangan, kaki, dan sebagian alat genitalia (atau organ seksual), dengan disertai gejala seperti flu, diserai rasa lelah dan nyeri, serta  pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Kemunculan ruam pada kulit dimulai dari wajah, lalu menyebar, hingga menjadi luka kering dan rontok.

Namun kewaspadaan standar yang diterapkan, kurang lebih sama dengan penanganan covid-19. Mengurangi kontak langsung, mengurangi interkasi di ruang publik, menjaga higienitas--termasuk memakai masker sebagai pencegahan standar. 

Bahkan kita harus lebih waspada dengan alat dan ruang aktifitas kita. Pakaian, perangkat alat makan-minum, kursi, tempat tidur, kendaraan. Konon lagi dengan alat perangkat untuk mandi, sabun (mengurangi penggunaan sabun batang), atau handuk (tidak boleh dipakai bersama), agar tidak tertular.

Kekuatiran yang muncul, bisa saja ini akan menjadi pandemi karena variannya yang baru. Secara umum varian ini lebih kuat dari varian sebelumnya dan cara penyebaran serta masa inkubasinya juga mengalami perkembangan genetiknya. Jadi variasi tingkat penyebaran dan cara penyebarannya tidak jauh berbeda dengan cacar sebelumnya.

Menurut para epidemiolog, varian jenis ini memiliki riwayat perkembangan yang panjang, sejak terdeteksi awal di Kopenhagen, Denmark pada tahun 1958. Sedangkan kasus cacar monyet pada manusia baru ditemukan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, Afrika. 

Namun pada tahun 1996-1997, kasus penyakit cacar monyet kembali muncul kembali di negara yang sama yakni Republik Demokratik Kongo, Afrika. Barulah bermigrasi ke Amerika Serikat.  Dugaan awal penyakit terdeteksi dari anjing peliharaan yang terinfeksi oleh tikus yang berasal dari wilayah Afrika.

Dan pada bulan Mei tahun 2019, kasus cacar monyet justru terdeteksi di Singapura dari ruang rawat  di National Centre for Infectious Diseases, setelah diperiksa intensif sepulang dari Nigeria.

polpem-vaksinasi-dinkes-kota-suraba-di-gelora-10-november-tambaksari-alfian-rizal-1-560x373-6306f6f204dff023c82dc812.jpg
polpem-vaksinasi-dinkes-kota-suraba-di-gelora-10-november-tambaksari-alfian-rizal-1-560x373-6306f6f204dff023c82dc812.jpg
ilustrasi gambar-vaksin untuk pencegahan-jawapos.com

Dan puncaknya, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) pada 23 Juli 2022 menetapkan penyakit cacar monyet sebagai darurat kesehatan global alias Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). WHO mendeteksi bahwa cacar monyet telah menyebar di lebih dari 70 negara di dunia.

Tapi ada fakta menarik, bahwa orang-orang yang lahir di bawah tahun 1980 disebut berpeluang memiliki proteksi yang lebih tinggi terhadap penularan cacar monyet, seperti disampaikan Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam agenda The 3rd G20 Health Working Group.

Alasannya,vaksinasi cacar yang diperoleh orang-orang yang lahir di bawah tahun 1980-an, berlaku seumur hidup.

Namun,meski di Indonesia belum menjadi kasus yang genting, harus tetap waspada. Virus masih dapat dicegah dengan vaksinasi, meskipun belum ada vakisn khusus untuk jenis virus ini. Alternatif yang standar bisa dilakukan adalah penanganan seperti halnya covid-19.

Jadi tetap berusaha higienis, lebih bersih dan menjaga kesehatan, dengan pola hidup sehat. Itu hal paling minimal yang bisa kita lakukan!.

refrensi; 1,2,3,4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun