Atau mungkinkah melarang penjual senajta mainan masuk kampung?. Karena sebenarnya ada fenomena lain yang bukan rahasia di Aceh, dan mungkin juga terjadi di daerah lain.Â
Selama masa lebaran, anak-anak juga mendapat akses sedikit luas menggunakan kendaraan roda dua untuk "bertamu" atau berlebaran.
Sehingga bisa dimanfaatkan untuk keluar kampung dan membeli mainan di pinggiran kota, bagi anak-anak yang membandel. Meski berbahaya dan akan ditindak polisi jika kepergok di jalan.
Jajan THR
Kala lebaran menjadi saat yang di nanti-nantikan oleh anak-anak. Ketika mereka mengunjungi rumah-rumah tetangga, mereka akan mendapat amplop kecil berisi sedikit uang jajan. Mereka yang mendapat THR di rumah dan dalam kunjungan ke rumah-kerumah, kadangkala jumlahnya bisa luar biasa besar.
Sekarang ada istilah yang satir, tentang THR yang kurang lebih dikonotasikan sebagai "Investasi Bodong". Masuk cepat dan besar, hilang begitu saja pada alokasi pengeluaran tidak jelas. Jajan, dan mainan.
Anak-anak saya dulu, setiap lebaran paling tidak bisa mendapat dua juta rupiah per orang, dengan berkunjung ke rumah saudara atau tetangga di kampus dan di kampung halaman. Keponakan yang lebaran kemarin main ke rumah, sudah punya dompet masing-masing, berisi uang, yang jumlah mencapai Rp.800 ribu, padahal anaknya belum masuk usia sekolah.
 Di kampung-kampung, mungkin masing-anak yang datang ke rumah tetangga berombongan, akan mendapat jumlah yang lebih kecil. Tapi dari saudara dan kelaurga dekat, jumlah lumayan besar, minimal Rp 20 ribu per amplop.
Apalagi di Aceh lebaran Idul Fitri panjang masa lebarannya. Bahkan hingga sebulan setelah shalat Ied, ajang saling kunjung dan temu saudara dan tetangga masih terus berlangsung. Belum lagi halal bihal di kampung, di sekolah, atau instansi.
Nah, jika uang sebesar itu sudah terkumpul, apa yang biasanya anak-anak lakukan selain jajan dengan bebas. Mereka berdalih, itu adalah uang mereka jadi mereka bisa sesuka hati berbelanja.Â
Jadi jamak jika di jalanan anak-anak di Aceh keluar masuk toko swalayan selam masa lebaran, membeli barang yang tidak mereka beli seperti hari biasa. Minuman kaleng dan makanan-cracker kemasan ukuran jumbo, dan mainan.Â
Keponakan saya yang usianya baru tiga tahun, ketika ditegur jangan jajan, nanti uangnya habis, dengan santai menjawab, "kalau habis nanti datang lagi ke rumah orang-orang, dapat uang lagi". Bahkan ia menawarkan kepada ayahnya akan dibelikan mobil dengan uangnya tanpa perlu ayahnya keluar uang!. Nah, fantastik bukan.
Alternatif Jalan Tengah
Dalam situasi seperti ini, para orang tua tak bisa melarang orang atau saudara meberikan uang THR dalam jumlah yang besar, namun kita bisa paling minimal mengarahkan agar anak-anak bisa memahami tentang uang.Â
bisnis.com
Termasuk bagaimana mengelola uang agar aman, tidak habis sia-sia. Meskipun menurut mereka (baca; anak-anak), terlihat mudah mendapatkannya kala lebaran.
Mainan sebagai bagian dari hak dan kesenangan mutlak mereka dapatkan sejauh masih bisa dikontrol dan layak disebut mainan. Sebagiannya barulah kita "Siasati" sebagai tabungan atau investasi.
Anak saya ketika pertama kali saya ajak ke mesin Anjungan Tunai Mandiri (Automatic Teller Machine-ATM) berpikir, ternyata begitu mudahnya mendapatkan uang. Cukup menekan tombol dan menekan angka nominal yang diperlukan, maka akan uang keluar dengan sendirinya dari dalam mesin. Mereka pikir, para orang tua jika kesulitan keuangan, cukup datang ke ATM mengambil uang sesuka hatinya.