Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Kode Anti Copet, Amplop Kosong dan Tips ABC

9 Mei 2022   16:23 Diperbarui: 10 Mei 2022   22:11 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mudik ternyata menjadi "lahan empuk" bagi para copet untuk beraksi. Jadi para pengguna transportasi publik harus waspada dengan segala potensi kejahatan copet yang sudah menjadi momok menakutkan di ruang publik. 

Agak aneh kalau melihat fenomena copet. Kita yang tahu copetpun ketakutan atau enggan untuk memberitahu jika copet sedang beraksi atau ada copet di sekitar kita. Kecuali jika berteriak ramai-ramai. 

Sebagian orang takut, karena ada istilah "copet teriak copet", sehingga korban copet bisa dituduh dan diteriaki copet oleh si pencopetnya. 

Para pencopet juga cenderung nekat melakukan tindak berbahaya jika kita memergoki atau mencoba meringkusnya, karena sebagian mereka tidak bertindak sendiri.

Seorang copet yang tertangkap polisi dalam sebuah aksi kejahatan, berkelit begitu lihai. Bahkan dibutuhkan beberapa orang polisi berperawakan besar untuk meringkus seorang copet kurus kering dan kecil. 

Ia mungkin memiliki "aji belut", kata orang tua jaman dulu. Sehingga begitu licin, meski dalam kondisi teringkus dan terikat, ia masih berusaha meloloskan diri dengan keluar dari jerat jurus pitingan petugas.

Copet Berdasi di Kereta Api

Saat melakukan kunjungan ke rumah saudara saat mudik, saya naik sebuah kereta api kelas ekonomi. Duduk di sebelah saya seorang anak muda, berpakaian ala kadar, dengan rambut gondrong. 

Meski awalnya ia enggan bercerita, akhirnya kami mengobrol. Apalagi ketika tahu saya dari Aceh dan baru pertama kali naik kereta api.

Sebelum turun ia memberi pesan yang agak aneh, katanya jangan simpan dompet dan barang di kantong atau saku celana. Segera keluarkan dan pindahkan ke dalam tas, tapi katanya lagi, jangan terlalu terlihat ketika memindahkan barang-barang.

Ia juga meminta agar saya tak melihat ke arahnya, sehinggga ia hanya memberikan instruksi sambil sedikit menunduk dan berbisik, berpura-pura mengambil sesuatu barang di lantai. Ia bilang ada empat orang copet sedang beraksi di pintu keluar kereta api.

Saya melihat ada empat orang, ala eksekutif dari bursa efek yang penuh gaya, berdasi dengan  jas, berdiri di pintu kereta api. Karena sudah saatnya turun saya permisi kepada teman baru itu, tapi ia bersikap seolah tidak kenal dan cuek.

Maka saya turun dengan posisi tas rangsel saya pindahkan ke depan, begitu mendekati pintu kereta api dan kereta mulai bersiap berangkat, keempat orang itu beraksi, seperti dugaan. Satu tangan yang tiba-tiba muncul dari balik jas yang tidak dikenakan langsung saya jepit kuat untuk menjaga hape yang saya letakkan di saku atas bagian depan. Begitu merasa ada perlawanan, ia menarik cepat tangannya, sambil marah dan langsung berlari ke pintu keluar di sebelahnya.

Dan dalam kesempatan yang sama, giliran teman didepannya langsung membuka resleting kantong rangsel depan dan menarik beberapa amplop yang memang saya letakkan di depan. Dalam posisi itu saya langsung bergegas melompat turun.

Beruntung saya tidak didorong atau di silang kaki sehingga tidak jatuh terjerembab. Mungkin karena mereka pikir sudah dapat "hasil copetan". Padahal kumpulan amplop itu berisi undangan acara dan amplop bekas "lumpsum dan uang transport" yang kosong.

Mereka sempat melihat ke arah saya sebelum kereta akhirnya berjalan kembali. Saya bayangkan mereka pasti akan kecewa berat dengan hasil copetan kal ini. Tapi saya juga sedikit merasa kuatir, jika teman seperjalanan itu dituduh memberitahu ada copet, bisa saja ia habis dihajar komplotan yang kecewa itu. Tapi jurus amplop kosong bisa menjadi "trik" mengelabui copet.

Beruntung selama perjalanan tadi, kami mengobrol dengan cara 'aneh" seperti dua mata-mata yang saling bicara tapi tak terlihat mengobrol. Karena sejak awal teman itu tahu ada kawanan copet yang sedang beraksi.

Saya bayangkan jika korbanya adalah perempuan dengan perhiasan emas, atau tas jinjing kecil, pastilah ludes barang berharganya.

Tapi meskipun telah diketahui identitas, namun publik tidak berani melaporkan pihak kepolisian agar bisa bertindak cepat. Begitulah fenomena copet di kendaraan umum dan di ruang publik.

Solusi ABC

Aksi Berantas Copet (ABC), istilah itu muncul dalam sinetron  "Preman Pensiun". Di dalam tayangan sinetron itu, digambarkan ada kawanan copet yang keras kepala dan menganggap copet sebagai "bisnis memindahkan uang" jadi dianggap bukan kejahatan. 

Mereka melakukan rekruitmen dengan memilih target; para pengangguran, orang butuh uang dan tidak kuat iman. Poin ketiga poin penting dari dua lainnya.

Calaon pencopet kemudian akan di cuci otak dan mendapat pelatihan hingga menjadi pencopet mandiri yang mahir. Tak peduli mahasiswa atau pengangguran asal tak kuat iman semua bisa jadi pencopet.

Dengan pola berpikir atau paradigma berpikir sebagai bisnis memindahkan uang, copet menjadi "bisnis kejahatan" yang meresahkan tapi dianggap profesi biasa. Apalagi mereka konon mempersenjatai dengan trik silet yang berbahaya. 

Terutama karena mereka menggunakan senjata itu untuk merobek tas atau dompet sekaligus menjadikan senjata jika kepepet. inilah salah satu yang menyebabkan mereka terkesan menakutkan.

Bagaimana jika kejadian itu terjadi di dalam kendaraan umum, bukan di kereta api?. Jika kita bertindak sebagai "Whistle blower", terhadap calon korban, yang mudah cemas dan panik, bisa ketahuan dan akan membahayakan kita sendiri.

Jika dulu para pencopet bermain di kelas ekonomi, sekarang modus copet sudah semakin liar. Sasaran mereka tidak hanya uang dalam dompet, tapi juga hape dan laptop, serta kamera. Dan mereka juga merambah ke moda transport ekslusif, dengan modal besar, berharap hasil copetnya juga naik kelas.

Tak hanya di kereta api, tapi juga umum beroperasi di bus Antar Kota-Antar Propinsi (AKAP). Ada beberapa kode yang biasanya dilakukan oleh para sopir dan awak bus, jika mereka mendeteksi ada copet dalam bus. Umumnya para sopir bisa melihat gelagat penumpang dari kaca spion di atas tempat duduk supir yang bisa mengawasi seluruh penumpang.

Beberapa trik dilakukan, mulai dari menyetel musik keras-keras, tujuannya agar para penumpang terbangun dan terganggu dengan aksinya, meskipun ada juga penumpang yang mabuk kendaran dan "pelor-nempel langsung molor", tak bangun meskipun musik disetel keras.

Cara lain adalah dengan menyalakan lampu utama di kabin. Cara ini juga terkadang gagal, jika penumpangnya memang jago tidur.  Jadi para sopir melakukan  beberapa trik sekaligus,  menyetel musik keras dan menyalakan lampu utama di kabin.

Jika masih gagal, maka ia berusaha membuat penumpang tidak nyaman dengan membawa bus dengan zig-zag. Meskipun berbahaya cara ini kerap dilakukan dengan tujuan membuat para copet tidak nyaman beraksi dan membuat para penumpang terbangun karena merasa tidak nyaman.

Pencopet di kelas eksekutif, seperti kasus yang saya alami, mereka menyamar tidak main-main. Menggenakan jas, menenteng rangsel, dan tas laptop, dan berdiri di pintu keluar kereta api, berkerumum seperti para eksekutif muda. 

Jadi siapapun tak menyangka, jika mereka komplotan copet. Mungkin jika kepergok, akan berkilah, "orang kaya" kok di tuduh copet, yang bener aja!".

Mereka rela bayar mahal demi target lebih besar. Namun menurut para pemilik usaha bus, pelaku copet sekarang tak sebanyak dulu. 

Dan ciri yang agak umum bisa di lihat oleh para sopir adalah, mereka memilih trayek bus jurusan yang jauh, tapi biasanya turun di tengah perjalanan, jauh dari tujuannya. Mereka akan melakukan itu jika sudah mendapatkan sasaran atau target barang hasil copetan.

Bagaiman jika para copet sudah terlihat beraksi?, biasanya begitu sampai di rumah makan untuk istirahat, sopir akan mengunci pintu keluar dan memberi kode mengumumkan apakah ada barang penumpang yang hilang, biasanya copet langsung bisa diketahui saat itu.

Tapi jika modusnya adalah turun di tengah jalan, susah bagi sopir bus untuk  menjebak atau menangkap pelaku.

Jadi jika melihat tiga kode tersebut, itu pertanda sopir sedang mengingatkan ada bahaya copet di dalam moda transport yang kita tumpangi. 

Jadi lebih waspada, hati-hati, tidak perlu panik dan pamer barang berharga secara berlebihan. Menjaga keamanan diri sendiri.  Apalagi kalau sampai main hape sampai ketiduran alamat dalam sejenak lelap, hape berpindah tangan.

Tapi jika di kereta api, belum ada solusi yang terbaik, karena tak ada yang bisa mengontrol dengan cermat, kecuali petugas patroli keliling, dan menghimbau agar penumpang berhati-hati meletakkan barang, dan berpesan jangan ada barang ketinggalan, serta waspada, ada copet diantara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun