Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Unik Bejamu Saman dan Bines, Berlebaran Dengan Tarian Tangan Seribu

5 Mei 2022   18:37 Diperbarui: 7 Mei 2022   06:33 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengulik tradisi berlebaran punya banyak cerita. Di Keraton Yogyakarta ada prosesi Ngabekten atau tradisi sungkeman, di Papua ada tradisi Hadrat Kaimana. Jangan tanya kalau soal kuliner, di Sulawesi di kenal Ma’burasa’-bahasa Bugis dan Makassar, yang berarti membuat burasa’. 

Burasa’ sendiri adalah kuliner tradisional berbahan beras dicampur santan yang dibungkus daun pisang dan diikat secara khusus. Jenis kuliner lebaran yang wajib selain ketupat, nasi likku yang dihidang saat massiara’-silaturahmi hari raya. Di Aceh juga dikenal Lemang Bambu, yang disajikan dengan selai srikaya. 

Di banyak tempat lain, di seantero Nusantara, ada ribuan tradisi, baik, permainan, kuliner, perayaan yang bisa membuat lebaran jadi penuh sukacita. Aceh juga punya cerita yang sama seperti yang lainnya.

Singkatnya, saat lebaran, ada banyak cara merayakannya. Orang menyambutnya karena telah "berhasil" berjuang meraih puncak pencapaian setelah puasa Ramadhan sebulan penuh. Mengapa kemudian disebut Idul Fitri, karena merupakan sebuah "hari baru-yang suci". 

Orang kembali fitrah-suci. Tapi disanalah justru tantangan ber-peri hidup baik dimulia. Seandainya dengan hari baru, jati diri baru, orang bertambah baik, pastilah dunia akan semakin bertambah baik.

Tradisi Saman Lebaran dan Bejamu Saman

explore gayo
explore gayo

Tradisi berlebaran di Aceh, terlihat dalam tradisi saling berkunjung yang meriah. Berpawai takbir di malam lebaran. Sedangkan anak-anak, seperti di tempat lain, bermain kembang api atau petasan di malam harinya. Tapi bukan petasan sulut yang besar. 

Di kampung yang lebih dalam, anak-anak meluapkan kegembiraan dengan meriam bambu.

gayo art summit
gayo art summit

Konon di jaman perang kolonial, meriam bambu itu digunakan sebagai cara mengelabui tentara kolonial Belanda. Meriam itu di pasang di pinggiran sungai yang menghadap jalur yang biasa dilewati tentara Belanda.  Ketika iringan tentara lewat, mereka akan menyulut meriam bambu dengan suara "terkeras", diiringi dengan tembakan bedil. Moncong meriam bambu dibuat dengan hiasan seperti kepala meriam besar, sehingga terlihat seperti senjata artileri berat.

Tapi, ada bentuk tradisi lain yang unik dan menarik ada di Gayo Lues. Lebaran disana, melambangkan sukacita sebenarnya. 

Orang pasti sudah mengenal Tari Saman, yang dijuluki "tarian tangan seribu", sama populernya seperti tari daerah lain yang sangat ikonik. Apalagi tari saman sudah tercatat oleh UNESCO sebagai kekayaan Budaya Bukan Benda yang harus dilestarikan. 

Julukan Tarian Tangan Seribu, bukan karena jumlahnya, tapi karena ritmis gerak tangan dalam tarian itu begitu cepat, dinamis, tapi rampak-seragam dan serasi, meski di-tarikan oleh banyak orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun