Di lain waktu, ketika sedang dalam perjalanan meliput berita, dicegat oleh petugas polisi yang katanya sedang razia. Jadi saya bilang, saya sedang dalam perjalanan ke  kantor Polda, karena sedang ditunggu beliau untuk wawancara. Aku sodorkan hape yang hendak aku tekan nomor Kapolda agar langsung bicara dengan petugas itu.
Ternyata ia ketakutan, apalagi ketika saya coba hendak sambungkan percakapannya dengan menanyakan nama petugas yang sedang razia itu. walhasil ia ketakutan dan langsung membiarkan aku lewat.
Memang media kami punya kerjasama khusus untuk pemberitaan kegiatan di polda, tapi tidak di saat razia itu.
Main Spionase
Sekali waktu aku dapat tugas khusus. Pertama, karena waktunya sedang dalam bulan puasa, kedua, tokoh yang hendak saya jumpai dan wawancara adalah tokoh pergerakan-perlawanan yang sedang dicari pemerintah.
Setelah mendapatkan nomor kontak telepon, lengkap dengan alamat rumah, aku hubungi nomor tokoh perempuan pergerakan itu. Agak lama diangkat, barulah setelah beberapa kali membuat sambungan, akhirnya diangkat.
Ternyata beliau sangat hati-hati, dengan tempat persembunyiannya. Akhirnya dipilihnya menjelang waktu sahur, agar sedikit sunyi dan tapi tidak mencurigakan. Aku bergerak ke posisinya dengan kendaraan, dan diharuskan berhenti agak jauh dari lokasi. Dari sana kemudian berjalan pelan dan berusaha melihat situasi, karena takut ada yang membuntuti.
Aku harus berada di tempat sesuai instruksinya, berdiri di bawah lampu jalanan yang sedikit temaram. Menunjukkan kamera, dan tanda pengenal. Akhirnya tak berapa lama datang seorang laki-laki mengecek atribut untuk memastikan. Barulah kemudian di beri kode untuk bergerak secara hati-hati menuju rumah yang sudah diberi tanda khusus.
Rumah besar itu berlantai dua, sepintas terlihat sangat sunyi, tapi ternyata di beberapa sudut rumah dijaga petugas khusus yang tak terlihat. Setelah janji wawancara 15 menit yang kaku, akhirnya melebar jadi curhat pribadi si tokoh itu. Jadi aku berusaha menjadi pendengar yang baik.
Menurutku sebenarnya ia tak jauh berbeda dengan ibu-ibu lainnya, kecuali pemikiran dan kemampuannya berorasi politik.Â
Jika awalnya bicara khusus politik yang tegang, tentang ancaman yang diterimanya setiap hari, tapi akhirnya ia bercerita tentang anak-anaknya, tapi itulah konsekuensi sebagai perempuan pejuang.
Akhirnya tanpa sadar sudah masuk waktu sahur, dan ketika pamit, aku justru diminta bergabung untuk sahur disana. Hitung-hitung ini akan jadi catatan sejarah penting, jadi aku setuju saja. Akhirnya sempat bersahur bersama dengan tokoh penting pergerakan yang paling dicari saat konflik.