Iringan truk-truk fuso berukuran besar dan kecil memasuki lapangan alun-alun kota berisi ribuan penumpang perempuan, laki-laki, tua muda, berhamburan begitu pintu bak belakang di buka. Begitu juga dengan ribuan sepeda motor, dan gelombang manusia yang berjalan kaki berkumpul semua di lapangan.
Mereka tidak sedang ikut aksi demo. Mereka bagian dari jutaan penggemar dai kondang yang akrab dijuluki "dai sejuta umat".
Barangkali, kalau sejak awal sudah masuk jaman YouTube, Ustad KH Zainuddin MZ, pasti dapat julukan baru, "Dai sejuta subscriber!."
Kyai Haji Zainuddin MZ,dikenal sebagai dai paling populer. Suara bariton Betawinya khas sekali, karena memang belia asli dari keluarga Betawi. Inisial huruf M dan Z pada nama belakangnya diambil dari nama ayahnya Turmudzi, bukan inisial nama panjang yang disingkat.Â
Popularitasnya dibuktikan, setiap kali berkunjung untuk dakwah-tabligh akbar, ratusan ribu orang memenuhi lapangan, ruang acara, masjid. Tanpa perlu undangan khusus. Panitia cukup memasang spanduk di tengah kota, maka ribuan orang akan datang seperti anai-anai yang mengerumuni lampu dengan sukarela.
Awalnya Justru Bukan Dai
Selain bakat, ustad Zainuddin belajar otodidak untuk menjadi dai. Bahkan belajar dari isi pidato Buya Hamka tentang sesuatu yang bisa selaras hati nurani sendiri. Lantas belajar kelihaian berorasinya Presiden Soekarno, membangkitkan emosi positif. Dan belajar, tentang pentingnya logika beretorika dari Kiai Idham Chalid.
Sebelum akhirnya mengidolakan Kyai Haji Syukron Ma’mun, yang terkenal begitu bernas ketika berceramah dan memikat atensi hadirin, dan menjadikannya dai terkenal.
Padahal sejak kegagalannya kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, ia belum memantapkan hati untuk menjadi dai. Meskipun ia telah belajar dasar-dasarnya ketika bersekolah di sekolah menengah dan di pesantren.
Namanya makin melejit, ketika masa pemilihan umum (pemilu) 1977. Â Ia di undang kampanye kemana-mana sebagai "magnet" para pendukung parpol.
Daya pikat orasinya memang luar biasa. Menggunakan intonasi suara yang berubah-ubah, seperti orang monolog, dalam pertunjukkan teater. Ia sering mengambil hikmah dari kisah-kisah nubuah-kenabian, termasuk kisah para sahabat dan tokoh yang dianggap penting dalam kehidupan Nabi.
Ceramahnya runut dan sistematis, tapi tidak membosankan. Anak-anak yang hobi ceramah, begitu mengidolakan sang ustad, hingga dari urutan prolog ceramah, intonasi, gaya berpakaiannya di tiru dimana-mana, dengan ciri khas syalnya.Â
Dimana ada lomba ceramah, hampir dipastikan akan ada "ustad Zainuddin" tiruan.Â
Ketika manggung, sesekali di sela ceramahnya, ia akan memancing audiens-penonton dengan banyolan yang tidak berlebihan, tapi sangat menarik.Â